Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2016

Lagu Deru

Aku berputar-putar di sana Dimana gerimis membasahi raga Dimana angin malam menghujam j iwa Cinta yang ada dimatamu Rayuan manja kala kau sebut namaku Senyummu, madu beracun Pundakmu, tempatku bersandar Dari deru luka yang dibuat dunia Dari tidak bersahabatnya masa Dari pemisah kesempatan untuk bersama Harapan yang tidak ada Hukuman berliku sulit diterima Aku, kau, siang, malam, yang terhalang Sang pencipta nan agung di sana Berilah aku satu kesempatan sahaja

Kunang II

Menghindarlah selagi kau bisa Perasaan ini tak semudah itu Menjauhlah selagi belum terlanjur Mendalam dan sulit dilupakan Larilah mumpung belum terlambat Terikat dan tak bisa lepas ------------------------------------- Cinta, Selagi belum ku pupuk Selagi belum kau sirami Selagi belum berbunga Selagi belum berwarna Selagi kau dan aku punya alasan untuk tidak bersama

Penyair

Aku tidak takut pada kemiskinan karena aku hamba dari yang maha kaya ************************************ Tapi orang akan meninggalkanku karena takut melihatku pada kemiskinan sekalipun mereka tahu Tuhanku yang maha kaya

Kunang kunang

Kita pernah berujar mau ke pantai Terus kita ulang-ulang Manisnya satu senyuman dalam bicaranya Aku sangat tidak bisa melupakan Ketakutan ketika masa mulai berkurang Rasa pedih perlahan mulai menghabisi Diamku, amuk senja Sebab perpisahan nyata di depan mata Lalu kita berakhir begitu saja Dinginku kini, seru angin gunung Dirimu si kunang-kunang Pemberi cahaya ketenangan Mengoyak luka

Hujan

Mengenai hujan itu: telah kujadikan ia Perindu mata, Angan2 dan harapku, ------------------------------------ Alangkah indah, Engkau dan hujan itu:                            sewajah @arum_pakar

Puisi III

It's painful        To say goodbye To someone u don't want to let go -------------------------------------                               But, ------------------------------------- It's more painful        To ask someone to stay When u know they want to leave @arum_pakar

Bagiku

Bagiku,,,,,                           tuhan tidak beranak dan         tidak diperanakan Bagimu, karepmu...... ------------------------------------ Pluralisme mu jangan sampai kebablasan                   Hati2, keblinger @arum_pakar

Puisi II

Segunung,,,                            hutangku padamu ------------------------------------ Bukankah sudah terhitung  lunas Saat hari,,,,, dimana kau menyayat hatiku Meminggirkanku karena tak lagi membanggakan dimatamu @arum_pakar

Puisi I

Engkau akan menjadi segalanya bagi dia,                sedang aku sirna, tidak ada sama sekali. Dia akan senantiasa bahagia,                  bila di sisinya berdiri manusia sempurna. ------------------------------------                     de borjork dibangunkan @arum_pakar

Tak Seimbang

Kau tahu, aku mulai melihatmu dari sudut yang berbeda, Aku memulai memikirkan prasangka, Jika kasih berat sebelah, aku bisa apa, Aku tidak bisa memaksakan untuk seimbang, Kasih sayang bukan perkara yang bisa dirundingkan, Adalah hati yang akan menentukan takarannya, Aku mulai menemukan luka di sudut-sudutnya, Melebar setiap waktu beriringan dengan perbedaan sikapmu, Aku menolaknya setiap waktu, Tapi pemikiran tentang kemungkinan terburuk ada di kepala, Jika ternyata kasih ditimang tak seimbang, Bisa jadi aku yang akan dibuang, Anggapan bahwa kini aku tengah jadi bualan, Seakan-akan aku tak punya masa depan, Anggapan bahwa aku tidak bisa diandalkan, Hanya karena aku seorang perempuan, Tapi aku tidak bisa menyalahkan, Karena kasih sayang bukanlah hal yang dapat dipaksakan.

Pergolakan

Akhir tahun 16 ini, keresahan Pemimpin diam, bisu Di mana para pemuda bersembunyi Dari suara bising peluru penghianat Pergolakan akan di mulai Tapi siapa yang punya jiwa pemberani Memberontak atas kuasa dzalim Pemuda, kemana kau bersembunyi Dari nurani hati melihat keadaan negeri Diammu adalah kesenangan bagi musuhmu Dan kuburan bagi negerimu

Babat PKI

Sekali lagi, aku tidak sudi Semenjak imperium dipermalukan singosari Hingga kini, nusantara tidak akan dijajah Kertanegara pernah bilang "katakan pada rajamu, aku tidak sudi dijajah cina" Kala itu putus daun telinga dan cina diusir dari Indonesia Sekali saja kau injak bumi nusantara dengan kakimu, kau akan tahu Negeriku dipenuhi syuhada siap membabatmu Tak peduli apapun itu, Negara ditegakkan dengan kehormatan para pejuang Tidak akan diam ketika racun ditebar Sampai komunis mati terkapar

Tempat Berlabuh

Hujan selalu menarik untuk dibicarakan Mengisahkan asmara penuh tanda tanya Di tempat sempit nan manis, hati namanya Cinta, aneh aku memikirkannya Perasaan bahagia ini, membara Ku baca sebait demi bait Layaknya puisi penuh misteri Betapa sulit memaknainya Tapi aneh, aku bisa merasakannya Sekalipun hatiku meronta tak percaya Sekalipun perasaan itu noda, hati tak mendengarnya Sedang aku akan jadi pengelana, terlantar tanpanya Atau berlabuh meski tahu akan tenggelam

Reha IX

Aku merelakanmu, Demi ombak samudra, Demi birunya langit, Demi udara yang kuhirup, Demi hujan yang turun, Dan juga demi kebaikan semesta, Bukan tak cinta, Bukan tak sayang, Bukan tak peduli, Dan juga bukan tak mau mengerti, Hanya saja aku patuh pada Rabbi.

Kenangan

Aku tidak mau menjadikanmu kenangan Jauh masa itu berlalu Tapi hatiku kini masih membeku Duka, ia ternyata menakutkan Tidak mungkin bisa aku hindari Jika cinta itu seperi burung, Terbang kemanapun ia mau Tak sanggup memilih tempatnya hinggap Hingga sampai di kedua tanganmu Adalah hatiku,

Palestin

Langit jauh di sana pasti gelap Bising menggelora menyergap dada Deru haru setiap hela nafasnya Saudaraku diantara gegap gempita Teguh bersikukuh pelindung iman Dihimpit pencuri hina perampas jiwa Ribuan pujian bagi sang pencipta Saudaraku, ikhlas berdiri demi agama Jauh tempatku bernaung dipenuhi doa Rabbku, yang akan menolongnya Kelak bahagia Saudaraku diantara surganya

Pembebasan

Aku orang biasa, tidak ada yang istimewa, Satu mulutku untuk berbicara, Aku ini manusia, jangan risau, Aku bukan kritikus berbakat, Cuma golongan kasta rendah, Aku hanya hidup untuk merdeka, Tidak untuk jadi pesuruh politisi kaya, Aku menulis dengan tinta biasa dan selembar kertas murahan, Gelegarnya akan sama besarnya dengan kepalamu, Biar kau dengar, orang biasa sepertiku juga bisa marah, Memburu deru menancapkan tangan, Untuk negerinya Indonesia

Suara Perbedaan

Kau begitu, aku begini Aku tidak peduli kau begitu, Jangan bertanya kenapa aku begini, Dan tak perlu nyinyir pada perbedaan, Jika aku harus begitu sepertimu, Lalu siapa yang akan begini sepertiku, Biarkan penyair membacakan isi hatinya, Biarkan aktivis membicarakan keresahan hatinya, Biarkan suara perbedaan itu dikabarkan, Kau lupa kau ada karena perbedaan, Ibu dan bapak, apa kau akan masih bertanya, Kenapa ibu perempuan dan bapak laki-laki,

212 II

Hari gelap, jangan takut kawan Ada masa kita dibangunkan Oleh deru suara adzan berkumandang Langkah kaki penuh gairah Diiringi shalawat penuh kehangatan Waktunya akan segera tiba Sesaat setelah hukum tak mampu berdiri Sewaktu kata dibungkam tak bersuara Ketika langit sejuk di atas jakarta

212

Di sini, penyair berkumpul Membahas pergolakan negeri Antara ribuan shaff di tanah lapang Menyoal hukum yang tidak lagi sejalan Hujan, hari ini begitu romantis Adalah tiang tinggi penanda kejayaan Penyair angkat senjata, kertas dan pena Gelora akbar seruan menentukan nasibnya Sampai di mana hukum kini tinggal nama Beritahu, aku datang bersamamu dan mereka semua Menyiapkan pemberontakan pada kezaliman seorang manusia

Pena dan Kertas

Gelegar suara yang terdengar Adalah nyanyian pemberontakan Dari setitik pena dan selembar kertas Mulut-mulut yang dibungkam Harapan yang dihancurkan Perasaan yang terabaikan Ah, aku mau pulang ambil senjata Sudah waktunya selembar kertas ini merdeka Biar bungkam kukubur diatas batu nisan Lalu biarkan suara tulisan ini jadi pesan ketakutan bagi para jenderal