Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2017

Kawan?

Aku memanggil namamu Agar kau mendengarku Terus ku ulangi Suaraku, rintihan hujan pagi Jatuh membasahi bumi Ku coba lagi dan lagi Tapi kau tetap tidak mengerti Malah mengabaikan diri ini Panggilanku penuh arti Namun kau berpaling menjauhi Kini tak bersisa lagi Sedikitpun takkan kau jumpai Meski kau ketuk hati Terlanjur kau lukai Meski air mata membasahi Tak akan aku kembali Bahkan secuil harapan kini mati Kawan macam apa kau ini?

Hias

Hiasan apa itu Dari mana dia datangnya Kehampaan ini menenangkan Biarkan aku begini Biar dengar koyakan hati Biar duka menertawaiku Biar luka puas

MUZ XVIII

Sulit untuk ku percaya Perasaan ini begitu melelahkan Luka bilang tidak mudah memaafkan Sedang cinta menerima segala kesalahan Mengapa kau begitu menyiksa hatiku Sedang aku tidak mampu mengabaikanmu Tajamnya pedang di tanganmu Tidak lebih mampu menyakitiku Ketidakmampuan mencegah perpisahan Penyesalan dan lukamu Mengapa aku ikut menderita Jangan melakukannya padaku Sungguh meski aku marah padamu Tak sedikitpun cinta berkurang untukmu

MUZ XVII

Keindahan itu ada di mana-mana Dalam diam, kesunyian Tersembunyi dalam keraguan Perasaan pada seorang kekasih Angin yang menguraikan rambut Ketegasan kelopak mata Secangkir kopi pahit Wajah yang manis Suara kedatangan kekasih Bayangan yang tersenyum Penuh kecemburuan Kemarahan yang aneh Semua ada pada dirimu Segalanya dihiasi untukku Ya Raab,

MUZ XVI

Kadang kesalahpahaman ada Dan kita tidak bisa menghindarinya Bahkan cinta tak bisa menguraikan Jalan nampak mulai berseberangan Canggung untuk dikatakan Ikatan yang dililit merenggang Karena panasnya bara kekesalan Perlahan saling mengabaikan Namun cinta memberi penolakan Dan meminta perhatian Untuk mengalah menunduk Hanya waktu yang dapat menyelamatkan

Hare I

Diam itu teka teki Satu perasaan yang tak bisa berhenti Perjalanan mencari arti Pengembaraan seorang diri Bahkan meski ku tulis Harapku, sedihku, kedukaan yang menimpaku Bagaimana caramu memahami

MUZ XV

Mereka tidak tahu Kini berbagai bunga tumbuh subur di sanubariku Entah itu mawar, lily, atau melati Wanginya mengabarkan berita kedatangan pujaan hati Mereka tidak tahu Kini hatiku terikat dengan hatimu Kegelisahan di matamu Namun rasa sesak justru memenuhi uratku Dukamu jadi empedu bagiku Mereka tidak tahu Kini rindu mengoyak-koyak Kau dan aku

MUZ XIV

Aku sampaikan kekecewaanku Sebagaimana dulu ku kabarkan rindu Dingin kini menghantuiku Entah itu rasa penasaran Atau ketidakpercayaan Nyatanya hatiku terluka dalam Aku selalu berpikir Apa yang sedang kau pikirkan? Bagaimana caranya mengerti dirimu? Namun resah mengelilingi perasaanku Aku lari sekejap darimu Mengadu perasaan pada madu Namun yang nampak hanya dirimu Mengejar-ngejar hasratku Menguasai kegilaan pikiranku Bagaimana bisa kau menyiksaku seperti ini?

Mendakwa

Tidak diragukan Jurnalisme tidak tegap lagi Miring diterpa angin Menghambur kabur Benar salah dikubur Tinggal siapa yang berani menawar Keadilan pura-pura diukur Digantung sesuai untung Mereka berlindung agung Kode tak lagi pakai etik Pakai duit, titik!

Mimpi

Aku ingin tidur Tapi mimpi malam kemarin menggangguku Siapa lagi yang akan aku hadapi? Kalian datang bergantian Jangankan rindu Aku membuat janji untuk tidak mengingat masa itu Senyum itu pertanda aneh

MUZ XIII

Ada hal yang tidak kau mengerti Diujung malam bulan begitu terang Menandakan cinta yang mendalam Aku mungkin tak bicara Tapi angin akan menyampaikannya padamu Rasa ingin terus melihatmu Meski siang ataupun malam Hatiku mengatakan tak bisa jauh darimu Kita mungkin jarang saling bicara Tapi semesta mengatakan semua Aku dan kau seperti kelana Mengembara mencari makna cinta Namun kini berhenti di tambatnya Yaitu dihatimu

MUZ XII

Aku suka berjalan sendiri Di hari orang tidak mengenalku Saling sapa orang asing Melihat dengan datar Penuh curiga dan tanya Dikelilingi sungkan Tapi begitu perhatian Persamaan dalam kekurangajaran Ide bagus untuk dibicarakan Peristiwa begitu mengesankan Di balik dinding langit Aku mencuri dari seseorang Sebuah hati Pesankan rindu yang membara Meski bersama

Sisa

Banyak hal yang hilang Perjalanan ini mengatakan Keharuan yang luar biasa Tidak ada lagi seorang kawan Hanya angin yang tersisa Apalagi yang mesti aku takutkan? Lariku hutan muram Derasnya air dalam kegelapan Ditembus kesukaran pengembara Apalagi yang mesti aku takutkan? Terlalu banyak kehilangan