Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

Kunang IV

Aku sedang takut pada cinta Jalan itu tempatku tersesat Merindukan jadi sebuah kesalahan Benar dan salah tak lagi soalan Ketika memulai, tidak akan ada jalan untuk berhenti Entah dari tangan sang pencipta Siapa yang akan selamat dari api cinta? Percuma melawan gejolak jiwa Dia keburu mengular menjala Nadi yang tak lagi lepas dari goda Seorang kekasih yang jatuh cinta Ucapakan selamat datang Di hutan penuh kerindangan Dipenuhi hujan cinta Basah kuyup tak terasa Tetap tersenyum bahagia, meski menderita

Undangan

Karena kekasih yang mengundangku Pelukan penuh cinta Api yang membara Bagaimana bisa ku padamkan? Kini lebur menjadi satu Entah akan jadi keributan Namun cinta tak keberatan Usai lama menanti Waktu telah terhenti Diantara dinding tanpa bunyi Terendap dalam sunyi Percikan air surgawi Kemana lagi cinta ku cari Sedang wajahnya kini menari-nari Di senja para dewi menemani Terlukis mentari Wajahnya yang berseri-seri Adalah rahasia hati

Aku Datang

Kedatanganmu, Angin surga atau tipu daya Aku ragu pada asmara Dia membelah jiwa Membuat raga sirna Senyummu, manis pucuk bunga Teman lama penuh pesona Jika sendiri adalah keputusan Lalu mengapa aku menderita? Menunggu suara kalbumu Dalam kegelapan terdengar syahdu Penyelamat dan racun kasihku Dia yang ku tunggu penuh rindu Meski terhalang rintang Bagaimana bisa aku tinggalkan Sambutlah aku, Entah hidup atau berkabung Aku akan sampai dipelukmu Bersamamu

Norma

Bukankah lama aku menjauh Entah itu siang maupun malam Adalah masalahku selalu memikirkanmu Hatiku marah mendengar perkataanku Sudah lama menghianati rasa Peduliku, cinta yang mengembara Perhatian dan acuhan pelipur lara Sebab tak punya alasan bersama Aku harus mengiba pada siapa Entah itu permintaan Atau kau sebut pengampunan Aku terlanjur mencintaimu Takut dan menderita karena waktu Tidak peduli norma yang berlaku Hati tetap tak setuju Ketika jauh darimu

Pulang Ke Bulan

Kepalsuan ini sangat menyedihkan Aku, kau dan banyak lagi Tidak yakin siapa yang memulai Keraguan pada dunia Para penghuninya Berdasi mengeruk uang negeri Sedang si miskin menangis Susah payah mengisi perut sendiri Ada yang duduk santai bergaji Siapa yang peduli Komplit Kapan kita pulang ke bulan?