Lalu apa yang terjadi padaku?
Jangan hanya tersenyum, ini bukan hal yang lucu
Kau tidak harus jujur padaku
Katakan hal yang membuatku bahagia
Seperti hujan saat ini, indah
Biar saja langit menderita
Toh, bumi akan sangat bahagia
Aku mengajakmu bicara, jangan diam
Bungkammu itu pertanda cinta atau kebencian
Bukan maksudku ingin tahu
Tapi aku terlanjur penasaran
Karena hatimu seperti badai yang tidak bisa aku perkirakan
Selangkah dua langkah
Tidak cukup untuk bisa mengerti kan?
Sekalipun aku rindu
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment