Hidup penyair tak pernah sesederhana film.
Hidupnya demi keindahan tak bisa mewujudkan hatinya.
Rindu dan cinta hanya bumbu dari derita.
Kisahnya tak pernah ditulis karena terlampau sulit
Seperti puisi, penyair itu singkat dan rumit
Karena, sendiri baginya adalah keteduhan
Ramai adalah musuh yang menjadi bagian
Orang jadi asing karena keramaian
Sedang penyair hanya mengakui kawan dalam sendiri
Hatinya itu pintu yang selalu terkunci
Hanya muat satu dua kawan
Baginya cukup, kalau saja tidak pergi meninggalkannya
Ternyata, kawan sama saja
Penyair duduk berdua dengan sahabat pena
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment