Kita berdua terdiam, dalam hujan
Mencari arah dan tujuan
Kemana larinya sebuah perasaan
Aku, kau, ini dinding penghalang
Suara yang tak sampai di pendengaran
Cinta, anehnya dia bernyawa
Mengganggu apapun yang ada
Adalah lara saat aku menafikannya
Perasaan ini sangat melukai kita
Asmara, dia mencoba membakar jiwa
Kau membuatku sadar
Tidak ada yang kita dapat dalam cinta
Kecuali derita
Tapi entah mengapa,
Kita tetap melakukannya,
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment