Karena waktu tidak memberi kesempatan untuk bicara,
hingga ketidaktahuan diantara kita menjadikan kesalahpahaman yang tidak ada ujungnya,
dan perpisahan adalah kata terakhirnya,
...........................................
kini mau bilang apa,
jika takdir ternyata mempertemukan kita,
setelah waktu sekian lama,
pertanyaan tetap saja menganggu jiwa,
kita terlihat seperti orang asing tak saling sapa,
yang dulu tak berdaya karena cinta,
dan jatuh layaknya orang gila karena dusta,
yang tidak kita ketahui kebenarannya,
.............................................
lalu, hingga kini hati masih bicara,
manisnya cinta masih tersisa,
kebersamaan itu mengikat hati rupanya,
kita tak tahu bagaimana cara memulainya,
kegugupan kekasih yang melanda,
biar takdir memulainya, atau kita mati begitu saja,
cinta, kadang suka kadang duka,
hanya Rabbku pelindung jiwa,
dari cinta yang kembali membara,
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment