Kau tahu, aku mulai melihatmu dari sudut yang berbeda,
Aku memulai memikirkan prasangka,
Jika kasih berat sebelah, aku bisa apa,
Aku tidak bisa memaksakan untuk seimbang,
Kasih sayang bukan perkara yang bisa dirundingkan,
Adalah hati yang akan menentukan takarannya,
Aku mulai menemukan luka di sudut-sudutnya,
Melebar setiap waktu beriringan dengan perbedaan sikapmu,
Aku menolaknya setiap waktu,
Tapi pemikiran tentang kemungkinan terburuk ada di kepala,
Jika ternyata kasih ditimang tak seimbang,
Bisa jadi aku yang akan dibuang,
Anggapan bahwa kini aku tengah jadi bualan,
Seakan-akan aku tak punya masa depan,
Anggapan bahwa aku tidak bisa diandalkan,
Hanya karena aku seorang perempuan,
Tapi aku tidak bisa menyalahkan,
Karena kasih sayang bukanlah hal yang dapat dipaksakan.
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment