Ku tulis di selembar kertas
Ku renungkan bahasanya yang tegas
Ku diperintah menyerumu begitu keras
Biar dengar gaungnya tidak terbatas
Biar keadilan dipertimbangkan
Biar suara rakyat dilantangkan
Negeri sedang butuh bantuan
Dikoyak-koyak penghianat bayaran
Di atas nama kebebasan
Keyakinan diperjualbelikan
Nemplok seperti cacing kepanasan
Negeri di ambang batas kehancuran
Dan pemerintahan sibuk menambah hutang
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment