Marah saja tak cukup
Mati, tiduran di atas tanah
Meninggalkan tempat muasal
Lalu masuk pabrik bising pengusaha murahan
Dijual tak beraturan agar cepat kaya
Kala itu hutan-hutan berubah jadi suram
Tingkahnya seperti hendak menelan manusia mentah-mentah
Lalu ditanam tempat lapang
Biar saja takut pada pemburu
Teriris batin ku tanam pohon
Lekaslah besar, jadilah rumah bagi burung-burung indah beserta kekasih
Dan tempat bernaung keluarga
Bahagiaku ada di sana
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment