Aku memanggil namamu
Agar kau mendengarku
Terus ku ulangi
Suaraku, rintihan hujan pagi
Jatuh membasahi bumi
Ku coba lagi dan lagi
Tapi kau tetap tidak mengerti
Malah mengabaikan diri ini
Panggilanku penuh arti
Namun kau berpaling menjauhi
Kini tak bersisa lagi
Sedikitpun takkan kau jumpai
Meski kau ketuk hati
Terlanjur kau lukai
Meski air mata membasahi
Tak akan aku kembali
Bahkan secuil harapan kini mati
Kawan macam apa kau ini?
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment