Setia pada dirimu sendiri
Mengajarkan hidup butuh banyak pertentangan
Diawali janji bahagia meski tanpa dirimu, mustahil
Hatiku tidak diketuk meski aku menulis
Pahitnya nampak seperti secangkir kopi malam ini
Jalanku panjang, lebar, ditambah kesunyian lengkap
Tak lagi pena kubuat menulis puisi agar kau bahagia
Dari mengetik aku mengerti kehidupan berubah
Banyak arti tak mau aku mengerti
Aku berjalan tanpa menyadari jika perubahan ini menyakiti
Hatiku, duniaku, dan seisinya seakan-akan aku mengabaikannya
Seolah kepergianmu dan hasrat yang kesulitan tumbuh sekali lagi
Menjadikan tulisanku hanya sebuah berita di surat kabar
Dibaca lantas dicampakkan begitu saja tanpa arti
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment