Sepenggal nama, ceritamu panjang bernada
Setiap malam menjadi ketakutan kisah-kisah rindu
Yang membekas pada kertas mainan semasa sekolah
Diantar waktu sampai gerbang perjumpaan selepas masa perkuliahan
Namamu dicatat buku dan risalah digital penuh lafal
Yang malam membacanya sampai penuh luruh sembunyi-sembunyi
Kabarkan kawanmu tengah termenung menunggu semesta mendukung
Senyum berubah jadi abu melalui rintik air sendu dimatamu
Yang diam meratapi hati sejak hari-hari mulai melukai diri
Tidurlah, tidak apa-apa, senja yang tengah berduka kembalikanlah
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment