Saat itu dia menyuruhku keluar
Aku melihatnya menangis melalui sudut kaca depan pintu rumah sakit
Sekelebat tak berani menatap
Aku biarkan jika itu mampu mengurangi beban rasa yang dipikulnya
Hal yang ingin ku tahu bagaimana caranya agar terbagi padaku
Sesekali dia menoleh dan kubalikkan badan agar dia tetap menyangka aku tidak melihat
Air matanya membasahi ujung rambut sampingnya tidur
Buru-buru dia hapus agar tidak berbekas dan ketahuan olehku
Aku berdiri di samping pintu penuh sunyi sembunyi
Lorong tempat itu kali pertama aku menangis kembali
Dan marah pada Tuhanku
Maafkanlah aku
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment