Sehalai kain di atas ranjang pucatmu penuh lirih
Menganggu minggu-minggu yang tak akan sudi berlalu
Wajah sendu senyum kantuk bibirmu menundukkan rindu
Dukamu yang tak mampu kukupas dengan bait helaan napas
Murung kurung tak berbatas meski matahari menghujam ruang
Pada hari itu sedih mengelilingi seluruh diri
Yang duduk tak sanggup beranjak mendengar pedih
Raganya jujur membujur tepat di samping kursi besi
Bukti jika takdir menghakimi dan membuat hancurnya mimpi
Yang bertahun-tahun ku sematkan dalam doa tidak terjadi
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da...
Comments
Post a Comment