Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2017

Jalan kaki

Ketika aku mulai berjalan Lalu menginjakkan kakiku Aku selalu bertanya Apakah ini jalan yang benar? Benarkah ini jalannya? Atau ini salah? Salahkah ini? Seperti sebiji paku menyelip di kakiku Gaduhnya pikiran menjadi-jadi Takut, aku masih merasakannya Mengambang ribuan pertanyaan Ya Raab berikan aku kekuatan

MUZ VIX

Kau mengajarkan segalanya padaku Pandangan mata adalah cahaya Senyum dijadikan pertanda Suara yang telah menyentuh jiwa Hati yang meluluhkan keegoisan Raga yang memperlihatkan cinta Ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan Kau memberikan segala derita Tentang resah gundah di saat jauh Ketakutan dalam kesendirian Hari-hari yang menyiksa tanpamu Menggantungkan diriku padamu Ku harap kau tak meninggalkanku

Rumahku

Jika waktu senggang Aku tiduran di ranjang Depan sebuah tv tabung besar Satu demi satu kuhitung Tumpukkan tembok batu bata merah Sebagian tak terlapisi Lalu atap genteng di atas kepalaku Dari kanan ke kiri lalu vertikal Aku menghitungnya Dikotak-kotakkan reng kayu Juga sebuah kendi dan bendera Sebagai pusat atapnya Di waktu senggang rumahku itu Aku mulai memahami Dia bukan sekedar hunian biasa

Muak

Kau membuat kesalahan Tak habis pikir Dan aku yang harus menanggungnya Selama ini, tidak bisakah Berhenti dan cobalah Baru sekali ini aku berpikir untuk bahagia Kandas begitu saja Aku tak jadi bahagia Aku muak,

Ingat

Mengingatkan Haru deru rindu Api yang membara Langkah yang membelenggu Suara nafasmu Irama cinta dalam lagu Ketukan hatimu Membawamu kepadaku