Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2020

Kopi Teduh

Kopi telah diseduh,  seperti jarak yang jauh rindu telah disentuh,  angan sampai ditabuh,  dan sepotong hati telah ditaruh,  digenggam erat agar tak jatuh, hingga berpeluh.  Tapi percuma rasa itu sederas hujan,  jika kau malah berteduh.

Rana Rindu

Waktu menghancurkan apapun di depannya,  kecuali rindu,  yang justru bertambah rimbun meski tanpa disiram dan dipupuk.  Sial sekali,  jauh dalam sentuh,  namun dekat menusuk dada.  Sisanya, rana langit bumi yang nyata, sebab tak mungkin bersama. 

Surat Jawab

Malam ini pekat Kejadian silam lalu aku ingat Sajak yang kutulis sebagai pemikat Pada selembar kertas yang aku lipat Penuh rindu sesak mengikat Aku selipkan tanpa berani menatap Lama semakin perasaanku terendap Namun belasan tahun tanpa kau jawab

Sekian kali

Waktu memakan apa saja di depannya tanpa sisa Kau ingat, perasaan yang kau hantar tepat di depanku Akibatnya sangat fatal dan amat menyusahkan Perasaan itu bisa jadi hal yang paling tidak diinginkan manusia Berkat rasa itu, aku hancur lebur untuk kesekian kali Lebih dari sepuluh tahun aku kubur Menyisih dari dunia dimana kau berada Tapi, kedatanganmu tanpa sebab musabab meruntuhkan semua itu Seperti bulu kepak burung, aku terbang begitu saja meski tahu akhirnya luka Betapa kau tidak paham, rasa itu mana bisa aku menghindarinya Yang meski aku berdoa setiap malam agar tidak mengulang kesalahan itu Tidak berguna usai pesan masuk darimu mengatakan kau membutuhkanku Aku meski bagaimana lagi

sajak risauku

Dengar,  awal sunyiku,  sajak-sajak risauku,  dukamu,  lukaku,  yang tumbuh subur akibat rindu,  resah dalam sendu,  mampir namun tak ketemu,  ujung rasa semu,  mulai takut diungkap waktu,  perlahan jadi batas aku kamu,  pudar, selesai tanpa satu katapun, kawan asing itu.

Kisah Hujan

Hujan, Semoga membasahi bumi Bukan datang hanya sekedar mampir lalu pergi Berkat hujan, Seolah para pemuja berkumpul Menulis kisah hujan malam di hati yang memar Yang mengiris sendu dibalik wajah seorang kawan Ya hujan, ya dia Ya, dalam siku remangnya yang terdiam tidur Semoga tidurnya pulas Sakitnya pulas dalam tidurnya

Senja Tawamu

Angin ini mengatakan sesuatu soal hati Lirih diantara buih padi yang hendak bermekaran Menyelinap menatap mata Ruang alam yang luas nyatanya tak mampu membebaskan napas Dari senyum masa lalu yang mengganggu Perjalanan seorang diri pada jalan sempit di ujung Tak segan membuka kembali lembaran kisah yang mengikat Senja yang tidak mampu menutup ingatan soal candamu