Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2019

Ibu Buruh Pabrik

Ibu-ibu buruh siang hari keluar dari pabrik Berjalan berjubel memenuhi seisi jalan raya Padat, panas, membuat semrawut ruwet jalanan Sebagian dari duduk "mburuh rokok" duduk lagi berjualan di pojok jalan Menghadap sembako dan meneteskan peluh Sisi jalan lain seorang ibu buruh pabrik ditempel "koyo" di pelipis kening Wajahnya tidak lagi muda, kelelahan Pilih-pilih sembako jualan teman sebangku Sebuah plastik berisi lauk dan kerupuk dalam genggaman Mereka cari makan untuk keluarga Anak-anak ditinggalkan agar bisa pulang bawa makan Begitu tradisi "mburuh" rokok setiap hari dari generasi ke generasi

Pena dan Arti

Setia pada dirimu sendiri Mengajarkan hidup butuh banyak pertentangan Diawali janji bahagia meski tanpa dirimu, mustahil Hatiku tidak diketuk meski aku menulis Pahitnya nampak seperti secangkir kopi malam ini Jalanku panjang, lebar, ditambah kesunyian lengkap Tak lagi pena kubuat menulis puisi agar kau bahagia Dari mengetik aku mengerti kehidupan berubah Banyak arti tak mau aku mengerti Aku berjalan tanpa menyadari jika perubahan ini menyakiti Hatiku, duniaku, dan seisinya seakan-akan aku mengabaikannya Seolah kepergianmu dan hasrat yang kesulitan tumbuh sekali lagi Menjadikan tulisanku hanya sebuah berita di surat kabar Dibaca lantas dicampakkan begitu saja tanpa arti

Pada Jalan Waktu Malam

Aku hendak beranjak, tapi kemana Jalanku seberang berlawanan arah angin dan suara rintihan yang menggangguku Sebab jiwaku tak lagi diisi aroma istimewa seperti kehadiranmu dulu Wakti merubah kehidupanku mebjadi sukar bermimpi Aku mulai menyadari tidak memiliki kepercayaan diti Sejak berpisah di kampus dan membangun kehidupan baru Nyata dari mataku jika jalanku tidak akan semudah dirimu Malamku tidak lagi ditemani puisi penuh cinta dan hasrat membara Sepi, sunyi, dan perasaan trenyuh tanpa henti menghantui Sebagaimana rindu tak dapat ditarik dari kalbu yang ringkih ini Aku ketakutan dipojokkan malam Sendiri dan mencoba terus agat dapat bangkit kembali Seperti manusia

Setiap Pekerjaan

Aku hendak mendebat kehidupan yang menurutku tidak adil ini Sebab belum cukup hatiku terluka karena kehilangan Mengapa sempat kehidupan ini mempermainkan? Dalam hatiku tak kunjung sembuh agar kau paham Demikian dunia aku inginkan Silih berganti dunia memilihkan jalan yang tidak mampu mengobati Aku lebih terlihat seperti seseorang yang putus asa menjalani hidupnya Setiap pekerjaan yang aku lalui hampa, sunyi Apa kau tidak mengerti, impianku tak sampai di ujung jari Tentangmu dan pekerjaan penuh cinta yang tidak aku dapatkan Tegarku meski bagaimana kerumitan seperti petaka ini Selain menjalaninya, tidak ada pilihan Baik cinta maupun pekerjaan Tapi aku masih menulis