Skip to main content

Sang Penyair Mustafa Lutfi Al Manfaluthi

Sang Penyair

"Allah Maha Pembuka Pintu Hati"

Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain.
Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu.
Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian dari sastrawan juga tidak tergantung sanjungan dari para 'pembesar'.
Aku katakan, "aku lebih senang hidup terhina dalam pandangan hidup manusia daripada hidup sebagai budak mereka". Aku tak pernah membenci orang yang membenci diriku dan akt mencintai sesuatu bukan disebabkan kecintaan dan kasih sayang orang kepadaku. Aku mencintai manusia karena kemampuan dan ilmu yang ia miliki dan membenci manusia karena kebodohan dan ketidak mampuannya memahami sesuatu.
Kau tahu, inilah salah satu kelemahan jiwaku. Kelemahan yang aku nikmati dan aku kagumi satu-satunya. Dengan hidup seperti ini, aku memperoleh kenikmatan yang luar biasa dan engkau tak akan mampu mengetahui kenikmatan jiwa yang aku peroleh. Kenikmatan yang aku lihat dengan perasaan bahagia, walupun orang mengumpat dan mengutuki aku. Semua hinaan, sumpah serapah yang ditunjukan kepadaku seperti hujan debu yang jatuh dari atas, menempel pada sorbanku dan jatuh ke tanah, lalu ku injak dengan kedua kakiku.
Wahai 'pembesar-pembesar' disekitarku yang hatinya dipenuhi kebaikan-kebaikan dan kesucian. Kalian harusnya berusaha menjadi manusia yang 'cerdas' seperti yang kalian impikan. Mestinya kalian harus bisa menunjukan jati diri kalian, jangan hanya ikut-ikutan. Kalian harus menjernihkan pikiran-pikiran kalian, jangan sampai terbuai oleh cerita-cerita yang tak jelas arahnya. Kalian harus tampil dan mampu menerangi kegelapan hidup dengan sinar hati yang jernih. Kalian harus mampu menciptakan keceriaan dan kebahagiaan jiwa-jiwa manusia.
Mampu mengalirkam jiwa seni pada setiap penyair dan memenuhi hati mereka dengan keanggunan, keelokan dan pendirian teguh, bisa membuat jiwa-jiwa mereka terbang menuju cakrawala yang tinggi, lalu mampu menjelmakan diri mereka dalam bentuk matahari, bulan dan bintang. Untuk mewujudkan sifat-sifat ini, bukan berarti kalian harus aktif di mahkamah penyair untuk menghakimi para penyair yang kalian anggap bersalah tetapi cukup dengan memahami sifat penyair dan kalian tetap menjadi diri kalian sendiri.
Cukup...
ku cukupkan sampai disini perasaan inginku, anganku, perwujudan dari rasa kecewaku. Aku adalah lelaki malang yang tidak memiliki sesuatupun yang patut untuk di'bangga'kan seperti kalian. Karena itu diam adalah perhiasan sekaligus perisaiku.
Ya, aku bukanlah orang yang bahagia kecuali dalam pandangan dan perkiraan orang lain. Meskipun jiwaku terbuka untuk kalian, tetapi jiwa kalian tertutup untukku. Aku harus menyembunyikan penderitaan-penderitaanku di hadapan kalian, sehingga ratapan dan rintihan kalian lebih banyak terdengar dari ratapanku untuk kalian.
Orang lain melihatku sebagai orang yang memiliki rahmat dan kasih sayang lebih tinggi daripada kalian, padahal aku tidak memerlukan itu semua. Aku menganggap keselamatan, keberhasilan dan ketenangan jiwa ada dalam sikap pasrah dan tawakkal. Hingga aku bisa merasa tenang dengan penderitaan dan kepedihan yang aku alami. Aku tidak iri dan dengki kepada kalian, kecuali menyangka kalian adalah orang yang berbahagia. Aku selalu memohon kepada Allah agar menyelamatkan kalian dari kegalauan dan penderitaan yang aku alami...

ku titipkan kalian kepada Allah...

Comments

Popular posts from this blog

SYAIR CINTA LAILA MAJNUN

SYAIR CINTA LAILA MAJNUN Part I Kerabat dan handai- taulanku mencela Karena aku telah dimabukkan oleh dia Ayah, putera- putera paman dan bibik Mencela dan menghardik aku Mereka tak bisa membedakan cinta dan hawa nafsu Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami berseteru Mereka tidak tahu, dalam cinta tak ada seteru atau sahabat Cinta hanya mengenal kasih sayang Tidakkah mereka mengetahui? Kini cintaku telah terbagi Satu belahan adalah diriku Sedang yang lain ku berikan untuknya Tiada tersisa selain untuk kami Wahai burung- burung merpati yang terbang diangkasa Wahai negeri Irak yang damai Tolonglah aku Sembuhkan rasa gundah- gundah yang membuat kalbu tersiksa Dengarkanlah tangisanku Suara batinku Waktu terus berlalu, usia makin dewasa Namun jiwaku yang telah terbakar rindu Belum sembuh jua Bahkan semakin parah Bila kami ditakdirkan berjumpa Akan kugandeng lengannya Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian Sambil

REPRODUKSI KARYA ILMIAH

REPRODUKSI KARYA ILMIAH Reproduksi karya ilmiah merupakan bentuk karya ilmiah yang disusun atas dasar karya ilmiah yang sudah ada. Dimana digunakan untuk menggubah karya ilmiah yang sudah ada, baik dalam bentuk ringkasan, ikhtisar maupun resensi buku. Bentuk reproduksi ilmiah antara lain: 1.       Ringkasan, Ikhtisar, Sinopsis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung makna: a.        Sinopsis n ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama- sama dengan karangan asli ynag menjadi dasar sinopsis itu; ringkasan; abstraksi. b.       Ringkasan: hasil meringkas; ikhtisar; singkatan cerita, dll. c.        Ikhtisar: n pandangan secara ringkas, ringkasan. Jadi pada dasarnya ringkasan, ikhtisar dan sinopsis sama. Hanya saja terjadi perbedaan dalam penggunaan kata- kata tersebut. Sinopsis adalah bentuk meringkas yang mana berasal dari karya ilmiah yang panjang. Biasanya digunakan untuk ringkasan berupa karya fiksi. Ringkasan sendiri sebagai hasil meringkas miniatur karangan