Skip to main content

Dia (Gazebo)

Aku sebenarnya tidak ingin bercerita, tentang seseorang. Yang dalam diam aku rindukan. Bahkan ini hampir tujuh tahun sejak aku pertama kali melihatnya. Orang mungkin tidak akan percaya jika aku memiliki perasaan padanya. Hal tersebut juga yang selama itu aku hindari.

Tidak aku ketahui pasti, perasaan seperti apa itu. Aku tidak begitu dekat padanya, bahkan aku cenderung tidak memperdulikannya. Aku takut, sebelumnya perasaaan itu pernah muncul. Di bangku putih abu-abu, saat kesekian kalinya aku menemukan perasaan itu.

Di gazebo kampus, tujuh tahun lalu. Sejenak aku diam duduk, sedikit memperhatikan sekitar yang sebenarnya tidak aku pedulikan. Dia, datang dengan rombongan dari arah timur. Aku mengatakan 'serius' untuk perasaan itu agar aku menjauhinya.

Agak gerimis saat itu, dia lari menuju gazebo tempatku duduk. Suara kedatangannya, seperti hujan sedang menyambut pertemuan pertama itu. Derai hujan, mengatakan perasaan itu ada bersemayam di dada. Aku mulai takut pada diriku.

Enam bulan aku di kampus itu, tak sedikitpun pernah aku bertemu dengannya. Hanya dari jauh, aku perhatian perlahan. Aku takut memiliki hubungan suatu hari nanti. Jatuh untuk kesekian kalinya, orang asing yang menjadi bukan orang lain.

Dia duduk di sampingku, tidak ada ucap saling tegur. Aku enggan melihat meskipun wajahnya mengelilingi pelupuk mata. Meskipun hatiku berujar untuk menyapanya. Meskipun hatiku mendadak deras seperti hujan pagi itu. Meskipun pikiranku memaksa namun aku mengelak dari itu.

Aromanya tercium terbawa angin hujan. Aku sempatkan diri untuk selalu sibuk, agar dia tidak memperhatikan diriku. Dan berdoa, agar aku tidak terjerumus pada situasi seperti masa putih abu-abu dulu. Kau akan mampu melihat lukanya masih menganga dan tidak perlu sembuh.

Sesekali dia menoleh ke arahku, tangannya tepat di sampingku. Buku-buku yang dia bawa, sesekali dilap bekas gerimis. Jari-jarinya panjang, sebuah jam tangan melingkar di sisi kirinya. Aku melirik, tanpa peduli dengan urusan masa laluku. Mendadak jiwa ini riuh redam dibuatnya. Aku hidup.

Comments

Popular posts from this blog

Sang Penyair Mustafa Lutfi Al Manfaluthi

Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da

SYAIR CINTA LAILA MAJNUN

SYAIR CINTA LAILA MAJNUN Part I Kerabat dan handai- taulanku mencela Karena aku telah dimabukkan oleh dia Ayah, putera- putera paman dan bibik Mencela dan menghardik aku Mereka tak bisa membedakan cinta dan hawa nafsu Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami berseteru Mereka tidak tahu, dalam cinta tak ada seteru atau sahabat Cinta hanya mengenal kasih sayang Tidakkah mereka mengetahui? Kini cintaku telah terbagi Satu belahan adalah diriku Sedang yang lain ku berikan untuknya Tiada tersisa selain untuk kami Wahai burung- burung merpati yang terbang diangkasa Wahai negeri Irak yang damai Tolonglah aku Sembuhkan rasa gundah- gundah yang membuat kalbu tersiksa Dengarkanlah tangisanku Suara batinku Waktu terus berlalu, usia makin dewasa Namun jiwaku yang telah terbakar rindu Belum sembuh jua Bahkan semakin parah Bila kami ditakdirkan berjumpa Akan kugandeng lengannya Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian Sambil

REPRODUKSI KARYA ILMIAH

REPRODUKSI KARYA ILMIAH Reproduksi karya ilmiah merupakan bentuk karya ilmiah yang disusun atas dasar karya ilmiah yang sudah ada. Dimana digunakan untuk menggubah karya ilmiah yang sudah ada, baik dalam bentuk ringkasan, ikhtisar maupun resensi buku. Bentuk reproduksi ilmiah antara lain: 1.       Ringkasan, Ikhtisar, Sinopsis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung makna: a.        Sinopsis n ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama- sama dengan karangan asli ynag menjadi dasar sinopsis itu; ringkasan; abstraksi. b.       Ringkasan: hasil meringkas; ikhtisar; singkatan cerita, dll. c.        Ikhtisar: n pandangan secara ringkas, ringkasan. Jadi pada dasarnya ringkasan, ikhtisar dan sinopsis sama. Hanya saja terjadi perbedaan dalam penggunaan kata- kata tersebut. Sinopsis adalah bentuk meringkas yang mana berasal dari karya ilmiah yang panjang. Biasanya digunakan untuk ringkasan berupa karya fiksi. Ringkasan sendiri sebagai hasil meringkas miniatur karangan