Friday, June 8, 2012

PUISI YANG DIBACA DIAN SASTRO DI "ADA APA DENGAN CINTA"


PUISI YANG DIBACA DIAN SASTRO DI "ADA APA DENGAN CINTA"

Aku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Aku lari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi-sepi dan sendiri
Aku benci
Aku ingin bingar,
Aku mau di pasar Bosan
Aku dengan penat,Dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika Ku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh,
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih,
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai?
enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendir
bosan aku dengan penat

Thursday, June 7, 2012

BUKAN ITU: Arum Pakar


BUKAN ITU

Bukan karena suatu hal saya mengenal anda
Bukan siasat yang mendahului hati saya
Dicerminnya ada waktu yang mendengki
Malaikat merayu, tak disangka hati luluh

Saya bahagia, saya menangis
Gambar wajahnya selalu tersenyum
Tak mungkin yang menjadi mungkin
Endoderma yang menyaingi roket cinta
Raga yang tak pernah berbuih
Di buai agar dia tak menangis

Dengarkan suaranya, itu sangat menyenangkan
Yang malu, yang muda, yang bercinta
Bukan karena saya katakan tidak
Lanta anda tak berarti apa- apa buat saya

Suatu keharusan menyanyangi anda
Dan sebuah keniscayaan mengabaikan anda

Bukan karena suatu hal hati saya menyayangi anda
Tapi karena anda ada di jiwa saya



Wednesday, June 6, 2012

SAYA BELUM TAHU: Arum Pakar

SAYA BELUM TAHU

Belum seperti tunas kelapa
Saya belum bisa lakukan apa- apa
Tak seperti langit yang menanungi dunia
Lahirnya menjadi sudut kepastian yang menjadi harga
Di ujungnya belum menunjukkan makna dan kebagusan
Saya menunggu dan mengharap pada Tuhan

Jika tak sekarang kapan lagi saya lakukan
Apa tak seperti itu, dan merawatnya
Belum berjalan karena aba belum ditembakkan
Saya merenung, tutup  saja mulut agar sekitar sepi
Katanya saya belum berjalan, dan merangkak

Titik temu masih di sini
Dan kini mengukir jauhnya jalanan
Arah masih tak terperhitungkan dan saya menangis
Tak mengapa, hari tak mau beri jawaban pada saya
Saya menunggu dan berharap pada Tuhan

Kanvas saya kirim ke hati agar tak sampai hati
Biar tak menangis sebab belum tahu
Harmoni masih digenggam dan belum bisa keluar
Sembunyi jauh, dan tak terlihat oleh dunia
Dikira tak bisa menggapai dunia
Tapi itu bukan menjadi tindakan yang tak ada tujuannya

Sebab saya perempuan ditangan oleh dunia
Gugup sepantas inikah jalan saya
Dilingkar seberang kaki lelaki muda
Tapi tak mengapa
Saya menunggu dan berharap pada Tuhan

Kita ini apa?