Wednesday, September 19, 2012

SYAIR CINTA LAILA MAJNUN


SYAIR CINTA LAILA MAJNUN

Part I

Kerabat dan handai- taulanku mencela
Karena aku telah dimabukkan oleh dia
Ayah, putera- putera paman dan bibik
Mencela dan menghardik aku
Mereka tak bisa membedakan cinta dan hawa nafsu
Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami berseteru
Mereka tidak tahu, dalam cinta tak ada seteru atau sahabat
Cinta hanya mengenal kasih sayang

Tidakkah mereka mengetahui?
Kini cintaku telah terbagi
Satu belahan adalah diriku
Sedang yang lain ku berikan untuknya
Tiada tersisa selain untuk kami

Wahai burung- burung merpati yang terbang diangkasa
Wahai negeri Irak yang damai
Tolonglah aku
Sembuhkan rasa gundah- gundah yang membuat kalbu tersiksa
Dengarkanlah tangisanku
Suara batinku

Waktu terus berlalu, usia makin dewasa
Namun jiwaku yang telah terbakar rindu
Belum sembuh jua
Bahkan semakin parah

Bila kami ditakdirkan berjumpa
Akan kugandeng lengannya
Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian
Sambil memanjatkan doa- doa pujian kepada Allah SWT

Ya Raab, telah kujadikan dia
Angan- angan dan harapku
Hiburlah diriku dengan cahaya matanya
Seperti Kau hiasi dia untukku

Atau buatlah dia membenciku
Dan keluarganya dengki padaku
Sedang aku akan tetap mencintainya
Meski sulit aku rasa

Mereka mencela dan menghina diriku
Dan mengatakan aku hileng ingatan
Sedang dia sering terdiam mengawasi bintang
Menanti kedatanganku

Aduhai, betapa mengherankannya
Orang- orang mencela cinta
Dan menganggapnya sebagai penyakit
Yang meluluh- lantakan dinding ketabahan

Aku berseteru pada singgahsana langit
Berikan kami kebahagiaan dalam cinta
Singkaplah tirai derita
Yang selalu membelenggu kalbu

Bagaimana mungkin aku tidak gila
Bila melihat gadis bermata indah
Yang wajahnya bak matahari pagi bersinar cerah
Menggapai balik bukit, memecah kegelapan malam

Keluarga berkata
Mengapakah hatinya wahai ananda?
Mengapa engkau mencintai pemuda’
Sedang engkau tidak melihat harapan untuk bersanding dengannya

Cinta, kasih dan sayang telah menyatu
Mengalir bersama aliran darah di tubuhku
Cinta bukankah harapan atau ratapan
Walau tiada harapan, aku akan tetap mencintainya

Sungguh beruntung orang yang memiliki kekasih
Yang menjadi karib dalam suka maupun duka
Karena Allah akan menghilangkan
Dari kalbu rasa sedih, bingung dan cemas

Aku tak mampu melepas diri
Dari jeratan tali kasih asmara
Karena surga menciptakan cinta untukku
Dan aku tidak mampu menolaknya

Sampaikan salamku kepada dia, wahai angin malam
Katakan, aku akan tetap menunggu
Hingga ajal datang menjelang

Part II

Banyak orang berkata
Bersenanglah engkau dengan gadis lain
Itu adalah kata pelipur lara
Namun menjadi duri dalam hatiku

Kukatakan kepada mereka
Dengan air mata berderai
Dan hatiku hancur luluh
Sayap cinta telah memeluk
Dan membawa jiwaku terbang
Aku mencintai dia
Dan tidak tertarik pada gadis lain
Pendanganku telah tertunduk, dan mata terpejam
Kepada selain dia

Wahai kau pujangga
Ulurkan tanganmu
Untuk menyambut kekasihku
Kalbu penuh asmara
Kuberikan padamu

Mungkin engaku diberi dua gelas minuman
Satu gelas kebencian
Agar engkau merupakan diriku
Sedang satu gelas berisi anggur kesenangan
Agar engkau rela menerima orang lain sebagai gantiku
Duh kekasih
Kuingat dirimu
Jangan rusakkan hubungan
Yang orang lain selalu ingin menyempurnakannya
Kelak engau akan melihta
Beda antara cinta dan nafsu

Sedang diriku pemuda, demi Allah
Tali kasih yang telah bersemi
Akan kusiram dan kupupuk
Agar cinta yang kau beri tetap terjaga selamanya
Dan aku haramkan atas diriku
Segala yang tidak engkau sukai

Aku akan selalu menjaga tali cinta kita
Walau kau tak disisiku
Namun aku yakin
Cintamu selalu hadir dihatiku
Part III

Berlalu masa, saat orang- orang meminta
Pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah seseorang penolong
Yang mengabarkan rahasia jiwaku pada dirinya?
Cinta telah membuatku lemah tak berdaya

Seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan harta
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu
Dan bebatuan itu akan hancur
Berserak bagai pecahan kaca

Begitulah cinta yang kau bawa padaku
Dan kini hatiku telah hancur binasa
Hingga orang- orang memanggilku si dungu
Yang suka merintih dan menangis
Mereka mengatakan aku telah tersesat

Mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan diterpa panas mentari
Begitu cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Pemuda manakah yang dapat selamat dari api cinta

Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia 
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita
 
Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa asmara tersimpan di dalam hati.

Layla telah ddikurung, dan orang tuanya mengancamku
Dengan niat jahat lagi kejam, aku tidak bisa bertemu lagi
Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku,
Bukan karena apapun juga, hanya karena aku
Mencintai layla

Mereka menganggap cinta adalah dosa
Cinta bagi mereka adalah noda
Yang harus dibasuh hingga bersih
Padahal kalbuku telah menjadi tawanannya
Dan ia juga merindukanku

Cinta masuk ke dalam sanubari tanpa kami undang
Ia bagai ilham dari langit yang menerobos
Dan bersemayam dalam jiwa kami
Dan kini kami akan mati karena cinta asmara
Yang telah melilit seluruh jiwa
Katakan padaku, siapa orang yang bisa
Bebas dari penyakit cinta?

Part IV

Wahai kau kekasihku
Berjanjilah pada keagungan cinta
Agar sayap cinta dapat terbang bebas
Melayanglah bersama cinta
Laksana anak panah menuju sasaran

Cinta tidak pernah membelenngu
Karena cinta adalah pembebas yang akan melepaskan buhul- buhul keberadaan
Cinta adalah pembebas dari segala belenggu
Walau dalam cinta, setiap gelas adalah kesedihan
Namun jiwa pecinta akan memberi kehidupan baru

Banyak racun yang harus kita teguk
Untuk menembah kenikmatan cinta
Atas nama cinta, racun yang pahit pun akan terasa manis
Bertahanlah kekasihku, cunia diciptakan untuk kaum pecinta
Dunia ada karena cinta

Part V

Bila bulan purnama tenggelam
Ataukah matahari terlambat terbit
Maka cahaya wajahnya akan menggantikan sianrnya
Senyumnya bukan hanya terhenti di mulut
Namun menjadi cahaya dari sinar purnama seluruhnya

Rembulan dan matahari akan tersipu malu
Karena cahayanya tak sebanding
Dengar sinar matanya
Bila ia berkedip, maka bintang kejora akan menyembunyikan diri
Tidak akan lagi tercipta gadis seperti dia

Dan aku diciptakan hanya untuk dia
Kata- kata pujian yang dia ucapkan
Bagai sebutir pasir di gueun Sahara
Tak sebanding dengan kecantikannya
Karena segala pujian yang dimiliki manusia
Tak sebanding dengan pesonanya

Dia diberi nikmat, dengan segala kebaikannya
Bila ia hendak berjalan ke sebuah bukit
Maka seakan- akan bukit itu yang mendekat padanya
Karena sang bukit tidak ingin, gadis secantik itu dihinggapi kelelahan

Part VI

Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya
Aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia
Apabila disebut namanya
Hilanglah kekuatan jiwaku
Hatiku seperti sirna ditelan namanya
Demi Allah
Hampir saja aku gila karena memikirkannya
Makin lama dadaku sesak karena rindu

Kaumku mengecam
Jika aku tidak berhenti menyebut namanya
Maka darahnya akan tumpah membasahi Bumi
Bunuhlah aku dan biarkan dia
Setelah nyawaku melayang, janganlah kalian hina dia
Cukup apa yang ia derita karena cinta
Mungkin ia akan menuduhku tak setia dengan janji
Dan aku tidak mampu mencegahnya
Ku campur tinta dengan air mataku
Untuk menulis surat padanya

Inilah saat kukuburkan jiwaku untuknya
Aku khawatir jika ajalku tiba
Tak dapat memandang wajahnya

Part VII

Jiwa orang yang dimabuk cinta
Akan merasa sakit karena rindu
Sebab pecinta ingin selalu bersama
Tapi halangan tiada ada henti- henti
Pecinta seperti dua ekor kijang di bukit tandus
Wahai tiada makanan, tetapi tetap bersama

Atau seperti burung merpati
Walau terbang bebas di angkasa luas
Tetap saja kembali pada kekasihnya
Atau laksana ikan tuna
Tetap tabah walau dipermainkan ombak
Timbul tenggelam di lait

Walau selalu dicaci dan dicela
Batin menjerit tubuh binasa
Meski lapar dan disia- siakan
Namun jiwa pecinta akan selalu memaafkan

Pecinta tidak membutuhkan pujian
Dan pengorbanan pecinta tidak akan sia- sia
Kulihat bintang kutub dan bintang kejora

Dimana pula cinta
Sekecil apapun, cinta tetap berkuasa di singgahsana hati
Dan bagi pecinta
Kebahagiaan dan kesedihan sama indahnya
Karena cinta sejati tidak mengenal kesia-siaan

Jiwaku dan jiwanya akan tetap bersama
Andaipun tidak di dunia
Pasti jiwa kami akan bersatu di liang lahat
Dan kelak akan dibangkitkan bersama
Hingga dapat bersatu selama- lamanya

Mataku berkurban untuknya
Dengan segenap curahan air mata
Berharap liang lahatku adalah liang lahatku
Agar janazah kita bersatu

Part VIII

Apakah yang sedang mengalir dalam jiwaku ini?
Siapa yang sedang memandangku?

Wahai bunga mawar itu telah dicabut dari taman hatiku
Untuk menjadi penghias taman yang lain
Namun tidak mungkin menjadi layu

Wahai engkau, aku lelah dimabukkan oleh rasa cinta
Mana mungkin aku menolak kenikmatan ini
Duduklah di rumpun palem ini
Agar dapat kunikmati manisnya anggur cintamu

Wahai kemanakah engkau saat aku merana
Terusir dan kehilangan dirimu?
Hidup hanya menjalar sesaat diuratku
Dan bukan menjadi milikmu
Sejak harapan tidak tersenyum lagi padaku
Aku hanya bisa meratap
Mengenang dan menyesali masa lalu
Aku berteman derita dan hinaan
Kedukaan tersenyum padaku, dan aku tersenyum padanya
Sedang kedukaan membuat engkau ketakutan
Padahal engkau yang telah menciptakannya
Diriku selalu diliputi kesengsaraan
Semenjak engkau mereguk kebahagiaan

Wednesday, September 12, 2012

BELUM BERNAMA: Arum Pakar


BELUM BERNAMA
Saya hari ini mencoba untuk diam dan termangu
Dalam sebuah kamar gelap aku berbaring dalam lamunan
Beberapa hal ada dalam otakku yang tak bisa aku ungkapkan
Makna yang hingga sekarang belum dapat aku temukan
Sebuah tempat yang entah hingga sekarang belum bernama
Yang aku maksud sebagai dunia ketiga
Bukan dunia nyata ini, tapi bukan dunia kelak aku mati
Tempat yang membuat aku sangat berbeda dengan manusia lainnya
Bahkan aku tak tahu dimana itu?
Aku mulai bergumam, jika bukan itu lantas apakah yang sekarang ini terjadi?
Apa ini hanya perasaan paranoid, atau sebuah pikiran jahanam yang membunuh otakku?
Bahkan atau ini hanya halusianasi dari dunia bawah sadarku?
Bagaimana saya harus menjelaskannya?
Hampir jutaan pertanyaan membelenggu dan membuatku jatuh
Seperti seseorang tengah tembak- menebak dalam otakku
Kemanapun arah tembakan itu, tetap melukai otakku
Sakit sekali rasanya................
Bahkan aku berfikir jika kini aku benar- benar telah gila
Karena memori dalam otakku penuh terisi
Yang seperti terkena virus yang berasal dari induknya sendiri
Perih......... begitu menyayat uluh hatiku ini
Hingga rasanya benar- benar telah menjadi bagian dari diriku
Aku bilang, aku ingin tidur saja.......
Tapi tak bisa tidur, terlalu banyak ruang yang dikuasai oleh ini
Dan saya mungkin adalah seseorang yang akan mati
Sebab ulahnya sendiri......

Tuesday, September 11, 2012

SANGKA KU: Arum Pakar


SANGKA KU

Entah mengapa hari ini saya ingin bertemu dengan anda
Jika dikatakan saya kecewa, hal itu harusnya itu jelas

Saya tak bisa menduga sebab anda tak bisa saya sangka

Bahkan anda jarang mengatakan sebuah hal lagi pada saya

Yang semula ingat betul hari sangat manis bagi kita berdua
Tersenyum bersama di atas perahu danau

Berpegangan tangan dengan seorang yang yang saya cintai
Berpeluh berdua dan bersandar saling beradu punggung masing- masing


Hari ini kulihat anda tersenyum bersama yang lain
Sejenak saya terlupa dari segenap memori terkasihmu

Berdiri, lantas yang lain melingkarkan tali kasih kepada anda
Saya melihat, anda penuh dengan ketertarikan

Hanya diam dan menundukkan wajah diantara anda berdua
Pertanyaan lalu mungkin harus dikabarkan lagi

Apa anda melupakan kasih yang saya pelukkan?


Hendak jatuh saya dari jalanan itu
Bersambut lantas anda memeluk saya seorang

Tersenyum berdua dan saling beradu tentang hari itu

Jika itu hanya sebatas perasaan khilaf saya
Sebab, yang dicinta dan yang mencinta adalah saya dan anda seorang

Bukan seorangpun lainnya

Monday, September 3, 2012

SESUATU MENARIK PERHATIAN SAYA: Arum Pakar


SESUATU MENARIK PERHATIAN SAYA

Lantas ia duduk tepat dihadapan saya
Hanya sekitar tiga meter dari hadapan saya
Seseorang yang tidak pernah saya kenal selama ini
Ia sibuk dengan halnya sendiri
Dan membuka tas yang digendongnya itu
Dalam hati, saya bertanya “Siapa dia?”

Cara duduknya bak malaikat sedang termenung
Matanya, entah lebih indah dari biasanya
Atau aku yang termangu karena hatinya
Dia tinggi, dan aku sangat menyukainya
Atau hanya sekedar mengaguminya
Saya seperti layang- layang yang tidak akan pernah turun

Kapan saya bertemu dengan dia lagi
Saya hanya akan diam dihadapan dia
Menatapnya dalam- dalam
Seakan- akan aku tak pernah melihat dia sebelumnya
Dan hanya akan tersenyum kecil
Tanpa terlihat jika aku tengah memperhatikannya
Laksana aku tak mempedulikannya

Asal jangan disentuh orang
Maka ia akan jadi milikkku seorang
Seseorang yang selalu aku kenang

Kita ini apa?