Thursday, June 30, 2016

Malapetaka

Keindahan di dunia ini akan lenyap ketika sang penyair menggunakan tatapan kosongnya
Semua akan sirna seolah olah penyair sudah tiada
Cinta akan berubah tragis ketika penyair lelah untuk selalu mencintai
Semua akan hancur ketika rasa cinta dan pujian2 darinya dikhianati pujaan hatinya
Mata penyair mengundang badai air mata yang tak bisa ia keluarkan karena amarah
Malapetaka datang ketika penyair tidak lagi punya cinta di hatinya

Pujian

Aku tidak bermaksud menggoda atau menipumu
Dalam dunia penyair kata2 indah adalah rahmat
Ribuan bahasa menjadi penuh dengan makna
Lihatlah kaca itu, dia yang terlihat di sana adalah kepunyaanku
Alam menjadi saksi akan keindahanmu
Ribuan syair memuji penciptaanmu
Orang lain begitu iri padamu
Karena kau terlihat lebih menarik dibanding lainnya

Sajaknya semut merengut setiap kali melihatmu
Hati menjadi begitu menggelora di sampingmu
Manisnya menusuk jiwa, menutup hatiku
Tiada yang tersisa selain senyummu
Bahagia rasanya, semua nampak iri padaku
Karena keindahan dunia sepertimu ternyata milikku
Hanyalah punyaku, pemilik hatiku

Biarkan ia terus tumbuh di taman hati
Akan kuhiasi dengan doa penuh dengan syukur
Lihatlah kaca itu, dia yang sedang tersenyum itu adalah pengobat hati
Milikku kini, nanti, hingga aku tiada lagi, dan ketika aku dibangunkan kembali

Seseorang yang Manis

Cinta, adalah naungan nada.
Ia selalu bercerita tentang asmara, tentang jiwa yang tergoda, dan tentang dirinya.
Aku ingat satu masa aku berlari, dia memanggilku.
Perasaan macam apa ini, hatiku terdiam bersama dengan langkahku.
Begitu indah, apa yang ada dalam dirinya.
Dia hatiku, rasa cintaku, sayangku, dia sudah seperti segalanya dalam hidupku.
Canggungku adalah derita dari cinta yang membara ini.
Apapun menjadi indah ketika ia sentuh, menjadi mempesona ketika ia yang memandangnya, menjadi merdu setiap nada di telinga karenanya.

Ku katakan pada Allah, seakan-akan aku tidak bisa jauh darinya, seakan-akan aku hilang akal tanpanya.
Sebuah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan.
Sebuah kesalahan yang selalu aku mintakan ampunan.

Entah aku harus ikhlas atau kini aku tengah berharap sesuatu yang melawan takdir.
Karena keindahannya belum menyentuh kedua telapak tanganku.
Badai masih menutup kedua pandanganku dan masa masih menjauhkanku dari dia.
Sebuah doa dari hamba yang ingin hidup dengan cinta.
Untuk dia, hanya dia, dan selalu akan dia.
Seseorang yang manis pelipur jiwa.

Kita ini apa?