Skip to main content

CERPEN: BUATLAH AKU BANGGA


BUATLAH AKU BANGGA
Oleh: Arum Novitasari
Kudus, 14 Juli 1990, seorang gadis termenung tersedu di bawah pohon sambil memegangi seuntai bunga. Di letakkannya bunga tersebut di atas batu nisan. Rasa sesal nan menyakitkan menusuk relung hati si gadis. Sebab belum ia tahu rasa dalam hati yang hendak ia ungkapkan kemarin lalu. Di siramnya makam itu dengan sebotol air. Di bacakannya surat yasin buat pemuda tersayangnya itu. Lantas ia keluarkan secarik kertas dan mulai ia baca...
BUATLAH AKU BANGGA

Jika nanti benar ku pergi tinggalkanmu
Jangan sekali- kali kau bersedih Ka’
Aku hanya orang biasa yang terkadang pengin terus ada bersamamu
Jika tak hari ini, berarti besok aku kan datang lagi
Kan ku dendangkan lagu buatmu...

Memang benar aku sendiri di sana
Ingat kataku, jika kau yang pertama dan terakhir dalam hidupku
Ku jaga hati dan jiwamu bersamaku
Jangan bersedih kehilanganku........ sebab aku tak akan tinggalkanmu
Usap segala kesedihan, jangan kau ulangi kebodohan lalu

Bagaimana kau tahu jika aku selalu menjagamu?
Ijinkanlah kasihku tidur sejenak namun tetap hidup
Tak boleh ia pergi dari sisimu
Di jiwa hanya akan ada kerinduan, penyesalan
Mengapa dulu ku tak mengatakannya padamu????
Jika aku terlanjur jatuh hati padamu,
Jika kau berhasil menaklukkan arifku,
Di dada hanya ada dirimu, sejauh ku berjalan hanya bayangmu
Hanya senyummu yang selalu ku rindu
Ku berdoa kapan lagi aku dapat melihatnya????

Semoga kau dengar suaraku........
Dan buatlah aku bangga sebab aku pernah menjadi kekasihmu.......
Nampak keluar tetesan air mata si gadis. Luka hati tiada tertahan dalam hatinya. Lantas seorang pemuda memegang tangannya, menguatkan hati si gadis yang hendak runtuh di timpa gejolak hati.

Kudus, 14 Juli 1985, Ryan mulai berjalan menyusuri lorong- lorong kampus itu. Hari ini adalah hari pertama ia mulai kuliah setelah selama tiga bulan ia ijin dari kegiatan kampus. Di lihatnya sekeliling, sama seperti pertama saat ia masuk ke kampus itu. Lantas ia mulai memasuki ruang kelas, nampak asing ia di sana. Belum ada satupun teman yang ia kenal di sana. Ia pun duduk di baris ketiga dekat seorang gadis. Ia tak bicara sedikitpun. Ia hanya melirik, bersamaan dengan itu gadis di sampinya pun melihatnya. Nampak mata si gadis begitu mengena di hati Ryan. Gadis itu lantas mengalihkan pandanganya dari tatapan Ryan. Dosen pun mulai mengabsen mahasiswa. Hingga sebuah nama di panggil “Inka Pertiwi” gadis di sampingnya mengangkat tangan. Diliriknya lagi gadis itu, lesung pipinya begitu menarik hati Ryan. Dan beberapa saat kemudian giliran nama “Ryan Andalas Putra”, tanpa canggung ia pun mengangkat tangannya. Beberapa anak pun melihat ke arah Ryan. Maklum ia telah tiga bulan tak masuk ke kampus, banyak mahasisiwa yang tak mengenalnya. Si gadis pun kembali melihatnya.
            “oh..... kamu yang namanya Ryan?” tanya dosen
            “iya bu...” kata Ryan singkat
            “selamat bergabung dengan kelas kamu lagi.”
Usai perkuliahan Ryan pun mulai berjalan, ia terhenti pada papan pengumuman di depan gedung kuliahnya. Banyak pengumuman yang belum ia ketahui. Ia pun berdiri sejenak. Lantas tak sengaja seorang gadis berlari menabraknya.
            “aduh....” kata si gadis
Si gadis pun melihatnya, hanya beberapa detik saja. Ryan hanya diam, mukanya nampak acuh pada si gadis. Adanya apa yang terjadi di antara keduanya? Si gadis pun bangun tanpa bantuan Ryan. Ia pun berjalan menjauhi pemuda itu. Nampak ada sesuatu yang menganjil di hati keduanya. Mungkin sebab itu adalah awal kalinya mereka bertemu, hingga keduanya terbuai oleh alunan manja cinta. Ryan kemuadian berjalan meninggalkan kampus.
            Keesokannya ia mulai mengulangi kegiatannya di kampus, kali ini dosen hanya memberinya tugas kelompok. Tak di sengaja ia satu kelompok dengan Inka. Mau tak mau akhrinya keduanya saling berbicara.
            “kenalin aku Inka?” kata gadis itu
Ryan hanya diam dan tetap dengan pandangan tajamnya pada si gadis. Inka hanya heran melihat sikap Ryan padanya. Ia pun hanya tersenyum. Hendak ia mengambil tugas tak sengaja tangan Ryan memegang tangan Inka. Keduanya pun salaing lirik. Bertambah gejolak hati tak menentu di hati keduanya.
            “um...... ni tugasnya kayaknya nggak bakal selesai kalau di kerjain di kampus, apalagi benar lagi kita masih ada kuliah kan? Gimana kalau kita kerjain ntar habis kuliah jam 9?” kata Inka pada Ryan.
            “ya.......” kata Ryan singkat
Dalam hati Inka berfikir, hanya “Iya” pendek banget”. Mau tidak mau keduanya memang harus bersama sebab kelompok tugas memang hanya berdua. Tak terfikir sebelumnya jika Ryan adalah sosok pemuda yang dingin dan pendiam. Tak ada senyum sedikitpun keluar dari bibirnya. Keduanya pun berpisah di jalan.
            Di sebuah kursi terlihat Ryan duduk terdiam, lantas diambilnya sebuah botol obat. Diambilnya beberapa butir dan ia minum. Beberapa kali ia memegang dadanya. Amat sesak ia rasakan. Dari kejauhan Inka memperhatikan Ryan. Begitu menariknya sikap Ryan padanya, hingga ia tertarik mengamati pemuda itu. Ia berfikir apa sebenarnya Ryan sakit? Tapi sakit apa? Hingga ia harus meminum obat dari botol itu? Ia pun terkejut ketika seorang pemuda datang menghampirinya.
            “Inka... pa kabar?” tanya pemuda itu
            “eh.....Don... kamu ngagetin aku ja!” kata Inka
            “hey ngapain kamu.... lihat siapa sih?” tanya Doni
            “nggak..aku nggak ngeliatin siapa- siapa kok” ingkar Inka
            “kantin yuk??” ajak Doni
            “yaudah ayo.....”
Di buangnya sejenak pikiran pada Ryan, ia pun menuju kantin kampus. Hingga ia sampai disana terlihat Ryan pun berjalan di kantin kampus. Dengan rasa penuh ingin tahu Inka pun memperhatikan pemuda itu, hingga ia duduk di bangku sebelahnya. Dilihatnya Ryan mencium gadis di sampingnya. Ada rasa hampa penuh sakit menusuk hati Inka.ia pun mencoba tak memperdulikannya. “apa- apaan sih ni cowok, tadi ja ma aku di cuekin setengah mati, sekarang......” ada rasa geregetan dalam hatinya. Ia pun maksa memasang wajah cuek. Hingga ia benar- benar tak tahan lagi, ia memutuskan untuk pergi dari kantin.
            “yuk Don kita ke kantin lain aja?” ajak Inka sambil menarik tangan Doni
            “hei.. tapi......” kata Doni
            “ayo udah........” kata Inka sambil pergi meninggalkan Ryan
            Semalaman ini Inka tak dapat tidur, pikirannya mulai berjalan kemana- mana. Namun hanya satu titik yang ia tuju Ryan. Ada apa sebenarnya dengan hatinya? Bagimana sebenarnya ini? Ia mulai bingung. “Ryan.....Ryan....Ryan” apaan sih ini? “gerutunya”. Sementara itu Ryan pun semalaman ini tak dapat tidur, jiwanya melayang mengitari sosok Inka. Ia masih teringat senyum gadis itu, diambilnya secarik kertas dan ditulisnya sebuah syair buat pujaannya itu.
JANJIKU

Ada langkah hati yang terhenti
Sejak pertemuan lalu...
Bintang tak kunjung nampak, ia tergeser dari singgahsananya

Semenjak kau ada dihatiku, ia malu
Dari senyuman, ku tak akan bisa lupa
Dari tatapan, tak mungkin ada dusta

Dikala malam ku perhatikan kau
Dengan sikapmu, ku halangi waktu tuk dapatkanmu
Manja.. dan katakan padaku..
Jika kau menyukaiku..
Rabahkan hati, lelapkan jiwa ke pelukanku
Katakan kau mau jadi kekasihku

Dan...
Serukan pada bintang,
Bahwa kau jatuh dalam pelukanku

Hatiku tak akan lupa,,
Dimana ku letakkan hatimu dalam singgahsanaku,
Dengan Rahmat Allah SWT...
Ku pangku hati dan jiwamu dalam surgaNya

Lantas ia masukkan syair itu kedalam buku yang hendak ia berikan pada Inka besok. Dan malam itu tersenyum ia dalam lelapnya.
            Pagi pun menjelang, tak sabar rasa hati Ryan ingin berjumpa dengan gadis itu. Inka pun terlihat mulai datang menuju ruang kelas. Diliriknya Ryan, nampak ada hati yang tersangkut pada pemuda itu.
            “ini buku yang kemarin ku pinjam!” kata Ryan seraya melempar buku itu
            “kamu....... bisa agak halus dikit nggak sih, nggak perlu di lempar- lempar gitu!!” kata Inka agak kesal
            “yang penting kan aku balikkin, nggak usah cerewet gitu!” kata Ryan
Inka pun pergi duduk ke kursinya. Benar saja apa yang dipikirkan Inka tentang Ryan, tak jauh beda dengan sikapnya. Ternyata orangnya kasar dan nyebelin. Satu hari itu keduanya tak saling bicara, namun jelas terlihat lirikan mata tak bisa berbohong. Semakin lama ia diam, semakin kencang saja cinta menggelitik hati keduanya. Inka pun hanya diam, dibukanya buku  yang tadi di berikan oleh Ryan. Didapatinya selembar kertas syair di dalamnya. Sejenak ia membacanya, dan dengan cepat ia mengembalikan sacarik kertas tersebut pada Ryan.
            “ni punyamu ketinggalan di buku ku!” kata Inka cemberut
Ryan hanya diam, lantas
            “dasar gadis lemot!” kata Ryan
            “apa tadi kau bilang??????” tanya Inka kali ini ia lebih mendekat pada Ryan
            “tidak aku tak bilang apa- apa” kata Ryan
Tiba- tiba saja datang seorang mahasisiwa dari arah belakang dan tak sengaja mendorong Inka, akhirnya ia jatuh tepat di dada Ryan.
            “aduh....... “ kata Inka
Keduanya pun sempat diam beberapa saat, namun....
            “minggir ah........” kata Ryan dengan lantang
            “kamu............!!!!!!!” kata Inka pergi meninggalkan Ryan
Ada rasa kesal yang dalam di hati Inka. Bisa- bisanya Ryan bersikap begitu padanya. Apa salahnya pada Ryan, hingga ia se kasar itu padanya. Sementara itu Ryan mulai merasa sesak di dadanya. Rupanya peristiwa tadi membuat perih jantung Ryan, meski telah tiga bulan bekas operasi jantungnya tetap saja ia rasakan perihnya. Ia pun membuka botol obatnya, namun tak ia jumpai satupun obat yang tersisa. Hingga ia mulai tak sadarkan diri....
            “Yan... Ryan... bangun, kenapa kamu?” tanya Doni
            “tidak aku tak apa” kata Ryan sambil pergi keluar
Ia pun memutuskan untuk pulang, belum sempat ia masuk ke dalam mobil, ia pingsan tak sadarkan diri................
            Sudah tiga hari ini Ryan tak nampak di kampus, rasa- rasanya suasana di kampus sepi tanpa Ryan. Inka yang awalnya biasa- biasa saja, akhirnya mulai sadar jika ia merindukan Ryan.
            “Ryan kemana sih.... udah tiga hari tak kelihatan di kampus, apa dia masih marah sama aku, ngapain sih ia ta berangkat?” dalam pikiran Inka itu- itu saja. Sempat beberapa kali terlihat air matanya mengalir. Apa yang sebenarnya terjadi? Hingga ia mulai membuka buku yang kemarin Ryan pinjam.... lagi ia jumpai secarik kertas....
AKU TAK SEMPAT

Kemarin ketika ku bertemu kau
Aku tak sempat mengucap sebuah kata
Semuamya tertelan begitu  saja
Ku hanya bersembunyi melihatmu
Tak ada kata lain yang keluar dariku
Satu cinta
          Satu hati
                   Satu rasa
                             Satu nafas
Aku tak sempat mengucapnya
Dari hati tak berpenghuni
Aku tak sempat menanyakan padamu
Apa kau mencintai diriku?
Inka
Kali ini ia benar- benar menangis, dadanya sesak dihantam kabar cinta, namun senyum dari bibirnya tak berhenti mengalir. Benar adanya jika Ryan mencintainya. Ia pun lantas berlari mencari tahu dimana keberadaan Ryan.
            “Inka... kau mau kemana?” tanya Doni
            “don kau tahu Ryan dimana?” tanya Inka
            “Ryan, beberapa hari lalu ku lihat ia agak kurang sehat, mukanya membiru, ia sepertinya sakit, beberapa hari ini ia tak masuk kan?” kata Doni
            “sakit?????????” kata Inka kaget
Inka pun masih mengitari lingkungan kampus berharap Ryan ada di sana. Hingga ia sampai di lantai atas gedung itu. Dari kejauhan, seorang pemuda berdiri sendiri. Inka pun mulai mendekat, semakin ia mendekat hatinya semakin tak menentu. Lantas pemuda itu pun berbalik, betapa bahagianya Inka ketika tahu bahwa pemuda itu adalah Ryan. Ia pun memeluk erat pemuda yang dicintainya itu. Keduanya pun diam....
“mengapa kau menangis?” tanya Ryan
“kau jahat benar padaku!” kata Inka
            “jahat bagaimana? Itu kan yang kau mau?”
            “jangan pura- pura cuek sama aku lagi, kau membuatku takut”
            “aku tahu kau di bawah....”
            “trus..... jahat!”
Dipelukkan dengan erat gadis itu. Rasanya tak tahan jika ia tak mengakui rasa cinta yang selama ini tumbuh dalam hatinya. Ia pun mencium kening si gadis, akhirnya ia letakkan hatinya pada pujaanya itu. Namun tiba- tiba Ryan tak sadarkan diri di pelukkan si gadis....
            “Yan........kau kenapa?” tanya Inka yang mulai pani melihat pemuda yang dicintainya itu. Ryan tak menjawab.....
“bangun Yan... bangun... aku kenapa?? Tolong...tolong...”  Inka pun berteriak meminta tolong namun dilihatnya Ryan tetap diam.
Hingga akhirnya Ryan di bawa ke rumah sakit. Saat itu Inka benar- benar bingung apa yang harus ia perbuat. Apa yang terjadi pada Ryan?
“dok, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Inka
“anda keluarganya?”
“ia dok....bagaimana dok???” tanya Inka lagi kali ini ia benar- benar menitikan air mata
“sudah berapa kali ia masuk rumah sakit? Berapa kali ia operasi?” tanya dokter
“masuk rumah sakit? Operasi?” kata Inka terkejut mendengar pertanyaan dokter
“anda tidak tahu? keadaannya tidak baik, selang dalam jantungnya bocor.... ia benar-benar kritis, dan maaf jika dalam 30 menit ia masih seperti itu. Kami tak dapat berbuat apa- apa!” kata dokter
Betapa ia terkejut mendengar perkataan itu, hatinya hancur remuk di hantam kabar itu. Ia tak tahu semua tentang Ryan. Tentang keadaanya..... lantas ia masuk ke dalam ruangan. Dipelukkanya kekasihnya itu, air matanya jatuh menimpa wajah pemudanya itu. Rasa sedih tak lagi mampu ia tahan. Baru kali ini ia tahu arti cinta, mengapa semua ini bisa terjadi.
            “Yan...bangun...bangun Yan, kau bercanda kan? Katakan Yan kalau kau hanya bercanda, kau hanya ingin membuatku takut kan......... sudah,,, ini tak lucu lagi Yan. Kau janji kan, akan menemani aku terus, kau kan menjagaku terus kan??????? Bangun Yan cukup kau membuatku menangis.” Kata Inka menangis, tetap tak percaya dengan apa yang terjadi pada pemuda yang dicintainya itu.
            “sudah nak, jangan menangis biarkan Ryan istirahat” kata seorang perempuan yang ternyata adalah Ibu Ryan
            “kami tahu apa yang terjadi pada Ryan, ia memang begitu” kata ayah Ryan
Hingga waktu 30 menit benar- benar habis, namun tak ia lihat Ryan bangun menatapnya. Sakit benar ia rasa, sakitnya cinta melebihi apa yang ia bayangkan semula. Kini benar adanya seoarang kekasih pergi meninggalkannya. Tersedu ia lemas terduduk di bawah ranjang si pemuda.
            “Yan......bangun jangan tinggalin aku, apa yang kau lakukan? Kamu bodoh,,, bangun Yan...bangun” kata Inka berteriak
Hatinya tak terima kehilangan si kekasih, ia menuntut pada dunia. Tak sadarkan diri ia di pangkuan si pemuda. Akhir hingga si pemuda hendak di makamkan Inka belum sadar, mungkin rasa sakitnya melebihi segala yang terjadi di dunia. Keluarga akhirnya memutuskan memakamkan Ryan tanpa Inka tahu. Hingga Inka bangun dan tahu jika kekasihnya itu telah dimakamkan. Ia masih tersedu di ruang kamar tepat tidur Ryan, tak terima ahtinya di tinggal pergi sang pemuda...............

Comments

Popular posts from this blog

Sang Penyair Mustafa Lutfi Al Manfaluthi

Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang 'gila', padahal ia cerdas. Berperan sebagai pengecut, padahal ia berani. Berperan bahagia padahal ia... menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain. Ia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dengan gelasmu, menyanyikan irama laguku dari kenyaringan suaramu. Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis kasidah sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas melahirkan kasidah tanpa tergantung pujian da

SYAIR CINTA LAILA MAJNUN

SYAIR CINTA LAILA MAJNUN Part I Kerabat dan handai- taulanku mencela Karena aku telah dimabukkan oleh dia Ayah, putera- putera paman dan bibik Mencela dan menghardik aku Mereka tak bisa membedakan cinta dan hawa nafsu Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami berseteru Mereka tidak tahu, dalam cinta tak ada seteru atau sahabat Cinta hanya mengenal kasih sayang Tidakkah mereka mengetahui? Kini cintaku telah terbagi Satu belahan adalah diriku Sedang yang lain ku berikan untuknya Tiada tersisa selain untuk kami Wahai burung- burung merpati yang terbang diangkasa Wahai negeri Irak yang damai Tolonglah aku Sembuhkan rasa gundah- gundah yang membuat kalbu tersiksa Dengarkanlah tangisanku Suara batinku Waktu terus berlalu, usia makin dewasa Namun jiwaku yang telah terbakar rindu Belum sembuh jua Bahkan semakin parah Bila kami ditakdirkan berjumpa Akan kugandeng lengannya Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian Sambil

REPRODUKSI KARYA ILMIAH

REPRODUKSI KARYA ILMIAH Reproduksi karya ilmiah merupakan bentuk karya ilmiah yang disusun atas dasar karya ilmiah yang sudah ada. Dimana digunakan untuk menggubah karya ilmiah yang sudah ada, baik dalam bentuk ringkasan, ikhtisar maupun resensi buku. Bentuk reproduksi ilmiah antara lain: 1.       Ringkasan, Ikhtisar, Sinopsis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung makna: a.        Sinopsis n ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama- sama dengan karangan asli ynag menjadi dasar sinopsis itu; ringkasan; abstraksi. b.       Ringkasan: hasil meringkas; ikhtisar; singkatan cerita, dll. c.        Ikhtisar: n pandangan secara ringkas, ringkasan. Jadi pada dasarnya ringkasan, ikhtisar dan sinopsis sama. Hanya saja terjadi perbedaan dalam penggunaan kata- kata tersebut. Sinopsis adalah bentuk meringkas yang mana berasal dari karya ilmiah yang panjang. Biasanya digunakan untuk ringkasan berupa karya fiksi. Ringkasan sendiri sebagai hasil meringkas miniatur karangan