Monday, December 22, 2014

Secret Admirer part III

Secret Admirer part III
Aku dan Kau

Usai sudah kelas untuk hari ini, namun mataku belum usai untuk melihat dia. Ku benahi tas ranselku dan bergegas keluar dari kelas. Beberapa temanku bergegas saling bererbut untuk keluar. Kulihat dia pun lewat dan melihatku, tanpa dia sadari dia hampir terjatuh. Akhirnya dengan cepat aku menariknya dan diapun berstandar di dadaku. Kupikir, akan bahaya jika dia mendengar detak jantungku yang berlari kencang. Lama sekali kami saling melihat, ada sesuatu di matanya. Entah itu apa, yang jelas hatiku merasa bahagia tak karuan. Dia hanya senyum senyum sambil terus berstandar di dadaku. Daripada dia tahu apa yang aku alami, akhirnya aku melepasnya dan pergi meninggalkannya.
"hei.. Tunggu..." teriaknya memanggilku
Aku tidak bergeming sedikitpun dan tetap berjalan, akan tidak nyaman jika dilihat oleh orang lain.

Semenjak melihatnya, hari ini adalah pertama kalinya aku menyentuhnya. Rasanya bahagia sekali, aku merasa melayang ke udara. Ah... Namun, jantungku hampir meledak saat dia melihat dan menyentuhku tadi. Hampir gila jika aku tidak lepas dari pandangan itu. Dan tiba tiba...
"hei, akhirnya..." tiba tiba dia menepuk pundakku
Entah mengapa aku sama sekali tidak merasa kaget sewaktu dia mengagetkanku, aku justru dia melihatnya.
"kenapa melihatku seperti itu? Aneh tau" katanya
"mau apa kamu?" singkat kataku
"ih... Irit banget ngomongnya"
"bukan urusanmu!" aku mulai cuek pada dia
"aku hanya mau bilang terima kasih tadi kamu nolong aku" katanya dengan masih menatapku
"tidak masalah" kataku lantas pergi menuju tempat parkir
Ku kenakan helm dan mulai menyalakan motorku, dengan curi curi aku masih tetap melihatnya. "apa yang ia tunggu di sana, ini sudah hampir sore" kataku dalam hati. Beberpa kali aku melihat dia gelisah, tak sampai hati aku meninggalkannya. Akhirnya ku gas motorku menghampiri dia. Tepat di hadapannya, dia tersenyum sambil masih menampakkan wajah murungnya itu.
"mau bareng?" akhirnya keluar juga suara ajakan dariku
"um..." suaranya yang sambil mikir mikir
"ya sudah" kataku hendak meninggalkan dia
"eh... Tunggu" akhirnya dia memilih pulang bersamaku

Namun, di jalan aku berpikir apa yang sudah aku lakukan. Gila, aku sudah gila mungkin.
"hei... Sejak kapan kamu pakai motor? Biasanya kau selalu diantar jemput mobil?" tanyanya padaku
"kau bisa diam?" tanyaku balik seolah olah tidak memperhatikan segala perkataannya
"ih...."katanya sambil memukul pundakku
Tanpa aku sadari di depan sudah ada polisi tidur dan tebak endingnya.
"sorry, ada polisi tidur" kata ku
"ya, makanya jangan ngebut nyebutin
Hampir motor yang ku naiki jatuh. Aku pun memilih berhenti menepi sebentar, dan melihat keadaannya.
"kau tidak apa apa?" tanyaku sambil setengah panik jika dia terluka
"tidak, aku baik baik saja kok. Ayo jalan" katanya sambil melingkarkan tangannya di pinggangku
Agak kaget, namun aku biarkan. Aku khawatir jika peristiwa tadi terjadi lagi dan membuatnya terluka.

Sepanjang jalan, aku tak berhenti melihat jalanan. Akan aku pastikan, dia akan tetap baik baik saja. Aku akan sangat bersalah jika dia sampai terluka. Hampir gila aku jika saja melihat sedikit ketakutan ada di matanya, sesekali aku melihat tanganya yang melingkar di pinggangku. Dalam hati "maafkan aku" hanya kata kata itu yang aku ucapkan sepanjang jalan.
"hei,,, kau kenapa?" tanyanya
"tidak ada apa apa?" kataku
"hum... Dasar aneh"
Hingga akhirnya sampailah di rumah dia.
"nah... Makasih ya, mau mampir?" katanya mengajakku
"tidak usah, aku buru buru" kataku singkat

Wednesday, December 17, 2014

Secret Admirer part II

Secret Admirer part II (Salam Kenal)

Aku selalu berpikir, apa yang aku lakukan dengan meninggalkannya begitu saja. Tapi jika tidak aku lakukan, apa yang akan kurasakan dapat membawa masalah bagiku. Saat aku meninggalkannya aku tak sedikitpun melihat kebelakang. Itu adalah pertama kalinya aku berbicara dengannya, aku tidak tahu apa yang aku rasakan hingga sebegitu aneh di dada. Sejak awal orang itu membuat hal yang berbeda dari hidupku. Biasanya aku tak pernah menjadi orang seaneh dan secuek itu pada orang lain. Aku pasti sangat gila, sampai melakukan hal itu padanya. Tapi itu pertama kalinya aku melihatnya dari dekat, sekalipun tidak menatap matanya. Sadar maupun tidak sadar dalam hatiku berkata "dia menakjubkan, tak dapat dipercaya ada orang seperti dia"

Sangat sangat sangat menakjubkan, seorang penyair pasti akan gila melihat seorang yang rupawan seperti dia. Entah tak bisa dibayangkan berapa banyak untaian kata yang akan ditumpahkan di atas kertas untuk puji pujian bagi dia. Hal yang paling mengesankan, dia ada di dekatku kemarin. Sungguh malam pasti akan menangis karena senyumnya, sungguh pagi akan memohon sebagai yang membangunkan dia yang pertama. Sungguh matahari akan merendah dan tidak akan sampai hati membuat dia berpeluh, sungguh alam akan dengan senang hati memperlihatkan keindahan dunia pada dia. Hal yang bahkan tak ternilai akan sukarela dan penuh kasih dilimpahkan hanya untuk dia.

Tidak ada hal lain yang ingin aku katakan, kecuali segala hal tentang dia. Tentang dia, banyak hal yang belum aku ketahui, aku hanya tahu namanya saja. Akan sulit bagiku untuk berada terlalu dekat dengan dia, menahan hati untuk tidak mencari jawaban. Sering aku tersenyum sendiri, dia orang yang selama ini aku lihat dan perhatikan dia tak terlalu jauh dariku sekarang. Bahagianya diriku, kata dalam hati yang sangat terpesona oleh dia. Apa yang harus aku lakukan besok jika dia bertanya lagi tentangku. Apa aku harus tersenyum manis padanya? Atau akan mengatakan selamat datang dihidupku? Itu mungkin tidak akan aku lakukan.

Tiba tiba dia datang menghampiriku lagi.
"hei kau, masak kamu tidak mengenalku" katanya sambil duduk di kursi sampingku
Aku hanya diam, tak mengatakan apa apa padanya.
"hei, kita ini sekelas, kau sadar tidak si? Bisakah kau melihat ke arahku ketika aku sedang berbicara" aku rasakan dia semakin marah padaku. Ku pikir aku tak harus berbicara dengannya, sampai aku benar benar mengerti hal yang terjadi padaku.
"benar benar kamu ini" katanya sambil menarik tanganku
"apa aku harus menjawab semua pertanyaanmu?" kataku, sambil tetap tidak melihat ke arahnya.
"kau ini dasar!!" katanya dan langsung kembali ke kursinya sendiri.

Aku melihatnya dari kursiku ini. Aku duduk di urutan nomor tiga dari depan sedangkan dia duduk satu langkah dari tempatku ini. Aku bisa melihatnya dari sini, dan segala tingkah kesalnya padaku. Namun, ketika aku masih memperhatikannya, tiba tiba ia melihat ke arahku. Dan..........
Aku tak bisa berbicara apa apa, tubuhku terasa beku. Aku tak dapat merasakan detak jantungku dan sekeliling menjadi hening. Ada cahaya di matanya, cahaya redup yang membuatku tidak berkedip sedikitpun. Apa yang terjadi padaku, bisanya aku merasakan hal seperti itu hanya dengan saling menatap dengan orang' apa yang sedang dia pikirkan? Apa yang sedang dia rasakan? Mengapa bisa seperti ini? Banyak sekali pertanyaan di otakku. Ah..... Akhirnya aku membuang muka. Lagi lagi dan lagi, aku tak mau dia mengerti tentang apa yang ada dipikirkanku.

Kelas menjadi tempat yang berbeda bagiku, sudah tidak terasa bahwa aku sedang berada di sekolah. Pembagian kelompok untuk tugas matematik mulai dibentuk. Tak seperti biasa kali ini guru sendiri yang membentuknya. Ketika di sebut kelompok dua, ada aku di sana dan ternyata dia. Ini gila, orang yang mati matian ingin aku hindari malah semakin dekat saja. Kulihat semua anggota terlihat antusias kecuali aku, pikirku ini hanya matematik bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. Kami mulai bergabung dalam satu tempat untuk memecahkan masalah matematik. Aku duduk di pojok, lalu tiba tiba dia mengambil duduk tepat di sampingku. Apa yang salah dengannya? Hanya itu yang terucap dalam hatiku.
"uhum uhum.." gerutunya sambil mepet ke arahku
"ayo cepat kita kerjakan, kita beruntung satu kelompok dengan dia?" kata seorang teman sambil menunjuk ke arahku
"ada apa denganku?" kataku pada mereka
"kau jangan begitu, lagian kami juga tahu, kau cerdas dalam matematik" kata salah satu diantara mereka
Aku perhatikan diam diam dari tadi dia diam saja. Di otaknya ada apa sebenarnya. Dia hanya duduk melotot melihatku sepanjang diskusi. Apa yang sedang dia lakukan dengan melotot begitu ke arahku. Dia pikir aku tontonan apa?
"apa yang sedang kau lakukan?" Tanyaku pada dia tanpa melihatnya
"aku?" tanyanya balik
"iya!" kataku sambil tetap melihat ke arah kertas di meja
"aku sedang melihatmu" katanya sambil terus melotot padaku
"untuk apa kamu melihatku seperti itu, kamu sudah gila" kataku
"ha ha ha...." sial dia malah tertawa sejadi jadinya di sampingku, untung saja ini sedang istirahat. Jam pelajaran matematik selalu terpotong istirahat. Diruangan itu cuma aku dan dia, akan sangat memalukan jika orang lain melihat tingkahnya.

"kamu ternyata lucu ya, dari awal kita sekelas sampai hari ini cuma aku saja yang tidak pernah kamu sapa, semua teman sudah, apa yang terjadi" tanyanya padaku yang begitu panjang lebar
Apa maksudnya bertanya sepanjang itu padaku, pandangan tetap melihat ke arahku sekalipun aku sama sekali tidak memperhatikan dia.
"hei..." katanya lagi, kali ini sambil memegang tanganku yang masih menulis
"berhentilah menulis dan jawablah pertanyaanku, jangan begitu padaku atau?"
"atau apa?" kataku memotong ucapannya
Kali ini aku benar benar melihat kedua matanya, apapun yang terjadi biarlah kataku dalam hati. Dia tidak merespon ucapanku kali ini, dia justru semakin melihat mataku lebih tajam. Reflek aku menutup matanya dengan tanganku. Aku tidak begitu suka orang lain melihat mataku terlalu lama.
"hei apa yang kamu lakukan, kenapa menutup mataku?" katanya padaku
"berhenti melihatku seperti itu" kataku sambil membuka tanganku dan mengacuhkan dia
"ha ha ha... Kamu lucu banget, akhirnya aku bisa bicara padamu. Kau tahu sudah sejak awal kita bertemu, kamu tidak mengatakan apa apa padaku. Kamu tahu sejak tahun pertama, aku sering melihatmu berjalan ke kantin seorang diri. Aku juga pernah melihatmu dihukum lari di lapangan. Apa kamu tidak pernah sekalipun melihatku, begitu" katanya
"tidak!" kataku singkat karena teman yang lain sudah mulai masuk ke kelas
"ih... Kamu" katanya

Ada hal yang aneh, aku merasa tidak begitu bahagia ketika dia mengatakan bahwa dia ternyata memperhatikan aku sejak tahun pertama. Ada hal yang tidak benar menurutku di sini. Membuatku merasa takut dan gelisah, jika hal itu terjadi. Aku tidak ingin berspekulasi, tapi aku merasakan keganjilan yang menakutkan. Sepanjang hari aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak memperhatikan dia. Tidak mungkin aku dapat lepas dari kedua mata itu. Banyak hal yang aku terjemahankan dalam perkataan, tapi urung aku lakukan. Atau haruskah aku biarkan begitu saja menguap dan menghilang. Aku akan sangat sulit untuk melepaskan hal itu. Tak merasa memiliki tapi takut kehilangan. Aku sudah gila.
"hust...hust... Kenapa kamu melamun?"
Kenapa dia menggangguku lagi si, apa maunya!
"apa lagi si?" kataku dengan suara lantas
Ah.... Sial seluruh kelas melihat ke arahku. Aku pasti terlihat bodoh dan aneh di pikiran mereka. Untung guru belum masuk ke kelas, bisa mati aku. Ku lihat dia justru tersenyum padaku.
"maaf maaf" katanya
"sudahlah diam" kataku
Namun entah semua ucapanku tak ia dengarkan atau menganggap ucapanku adalah candaan, dia justru terus saja tersenyum dengan melihatku terus. Ah... Sudahlah

Monday, December 15, 2014

BAGAIMANA

Bagaimana

Saya bingung kepada Bapa, saya layangkan surat complain
Berhubung hati saya sedang jatuh dan tengah menderita
Tentang segala pertanyaan yang membuat saya gila
Dan tentang singgahsana yang terlalu sering ditagihnya
Hendak menangispun kepada siapa?

Entah sayang ataukah tidak percaya padaku
Ataukah tengah menuntut pertanggungjawaban hutang saya
Lalu bagaimana cara saya menjelaskan
Ketika menderitpun saya sendiri
Saya sudah tak punya siapa-siapa
Bagai anak yang hidup di dunia sebatang kara
Kini tawa dan.derita pun sudah tak ada bedanya
Bagaimana kini saya katakan tak ada artinya

Secret Admirer

SECRET ADMIRER ITU RASANYA???

PART I

Aku ingat, dulu pernah melakukan hal konyol yang bahkan aku tidak mengerti dengan apa yang kulakukan. Awalnya sejak hari itu pertama kali aku melihatnya. Entah bagaimana, aku merasa bahwa aku akan mempunyai sangkut paut dengannya. Hampir satu tahun aku dan dia sama sama satu sekolah, tapi aku baru sadar di akhir tahun pelajaran itu.

Aku pikir, aku sudah gila jika aku merasa memiliki sangkut paut dengannya. Hal itu wajar, karena aku dan dia tidak saling kenal sama sekali. Tiap jam istirahat, aku berjalan ke kantin setiap itu juga aku melihatnya di depan kelas. Maklum saat itu kelas dia ada di samping kantin sekolah. Sadar ataupun tidak, lama kelamaan akhirnya aku semakin penasaran saja. Di otakku mulai tumbuh pertanyaan yang meminta untuk dicarikan jawabannya. Kontan saja sepanjang tahun pertama aku cuma bisa melihat dia saja tanpa berbuat apa apa. Hingga menginjak tahun kedua.

Tahun kedua adalah tahun konsentrasi di sekolah. Aku bahkan tidak memikirkan dia lagi, mungkin tak jodoh kataku. Namun, entah mengapa dari beberapa kelas ternyata aku sekelas dengan dia, nah lho?. Bingung bukan kepalang, aku bingung. Melihatnya dari jauh sepanjang tahun pertama saja begini jadinya, apalagi dari dekat. Huuuuuu..... Ku pikir ini hal yang mustahil sudah terjadi.

Di tahun kedua, pertama kali melihatnya dengan jelas. Aku berpikir, dia sangat menarik. Aku merasa pernah mengenalnya, tapi dimana? Atau mungkin aku sudah gila karena terbawa emosi dan perasaan saja. Awal tahun kelas baru, jelas ada perkenalanan dari masing-masing orang. Aku jadi was was dan penuh rasa yang tidak tahu apa itu, yang jelas aku menjadi lebih sering bertingkah aneh menurutku. Beberapa hari, berada di dalam ruangan dengan orang orang baru membuatku kurang nyaman. Maklum, aku tidak begitu menyukai hal yang asing bagiku. Akhirnya aku jadi sering terlihat sendiri dan melakukan setiap hal sendiri. Aku saat itu belum berpikir apapun tentang dia. Dengan orang lain saja tingkahku aneh, apalagi dengan dia. Bisa terlihat sangat bodoh nantinya.

Namun, hari itu aku berpikir ini adalah awal aku dan dia saling menatap. Awalnya hari itu, seperti biasa jam istirahat aku jarang keluar kelas, dan dia tiba tiba berjalan tepat di depanku, tidak aku sangka ketika aku melihat ke arahnya dia juga melihat ke arahku. Sekalipun hanya sekelebat saja, hal itu sangat berbeda karena aku dan dia saling pandang dengan sangat fokus. Aku menatapnya dengan penuh pertanyaan di otakku dan sepertinya dia justru melihatku dengan penuh mencari jawaban atas apa yang aku pikirkan terhadapnya. Nah lho.... Tapi sekelebat itu juga aku berpaling seakan akan aku tidak merasa melihatnya.

Setelah itu aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku tidak menyangka pertama kali saling pandang menjadi hal yang paling aneh seumur hidupku ini. Sadar tidak sadar aku kerap mencuri curi pandang dia. Sepertinya perasaan haus terhadap jawaban menjadi jadi. Hari hari menjadi hal yang menegangkan, setiap malam yang ada di dalam otak tentang bagaimana besok, besok, besok. Berhubung aku menyukai tempat sepi, aku sering pergi ke perpustakaan sendiri. Tak hanya sepi, perpustakaan bagiku adalah tempat ternyaman yang pernah ada. Dari kejauhan aku melihat dia datang, mati aku pikirku. Aku hanya buang muka dan pura pura tidak melihat dia ada di perpustakaan. Stay duduk dengan agak menaikkan buku yang kubaca mencoba menghindari dia. Tapi tiba tiba dia duduk di depanku, sial batinku.
"hei hei" katanya
Aku hanya cuek bebek diam seakan akan aku tidak mendengarnya. Kupikir.. Ah gila ini bocah. Tiba tiba dia membuka buku yang menutup wajahku.
"hei... Kenapa si kamu begitu" ucapnya sambil melotot melihatku
Tenang... Tenang... Tenang... Kataku dalam hati
"ada apa?" kataku singkat sambil membuang muka dan pura pura membaca buku yang kupegang
"ada apa ada apa? Bukanlah kita saling kenal?"
"menurutmu?" jawabku
"kenapa kamu begitu amat judesnya" katanya agak ketus

Lalu aku berdiri dan pergi meninggalkannya di sana....

Bersambung....

Kita ini apa?