Saturday, May 28, 2011

marah


AKU LUPA CARA BERSAHABAT

Dulu aku ingat betul saat kau datang menyambut tanganku
Kau bisikkkan kata- kata penuh sayang dari seorang sahabat
Kau ajari aku cara menyayangi seorang sahabat
Kau perlakukan aku seistimewa mungkin
Hingga aku sadar betapa kau menyayangi seorang sahabat

Kemarin kau pergi... tinggalkan aku
Kau buat luka dalam di hatiku
Hingga ku sadar betapa sakitnya hati ini kau buat
Kau yang ajari aku, dan kini kau ambil.......
Kini ku lupa bagaimana caranya bersahabat....
Caranya menyanyangi seorang sahabat.....
Kau buatku membisu dan buat aku lupa tantangmu.....

Kini ku hancurkan setiap sahabat....
Ku kenal mereka dengan damai, namun ku tinggalkan mereka dengan luka
Kau tahu aku sakit? Aku lupa cara mengenal mereka?
Bagaimana kau dulu membuat ku menyanyangi sahabat- sahabatku
Dan kini kau buat aku lupa dan menghancurakan mereka...

Kapan lagi ku temui sahabat sepertimu??????????
Yang membuat dan menyadarkan aku tentang arti sahabat???
Jawab aku!!!!!!!!!!!!!

Thursday, May 12, 2011

Meaning Indonesia


MEANING INDONESIA
Oleh: Arum Novitasari
Mersing,14Agustus1998, ketika kita malu, pasti kita kan menyembunykan wajah kita. Itu pasti, tak akan dan orang yang berani bertatap muka. Kini ku mulai saat aku berjalan di luar negeri ku sendiri. Aku anak indonesia sejati ku kata. Lahir di I ndonesia itulah hal yang paling bisa aku banggakan. Negeriku itu orang-orang ramah. Luas hamparan tanah dan laut memenuhi ujung ke ujung negeri tercintaku ini. Kini aku berjalan di Mersing. Jika ku lihat begitu jelas orang di sana bicara. Tak lain mereka itu membanggakan negerinya itu sendiri. Aku lalu berdiri di samping mereka. Ku dengar begitu jelas menyengat telingaku. Ku tutup mukaku dengan sebuah topi yang semalam habis ku beli di pasar loak samping apartemenku. Ku lihat seorang gadis kecil berlari terseok-seok dengan sandal jepitnya. Ia berlari setengah pincang. Mungkin akainya jatuh di hantam balok empnya.  Lantas ku lihat tempatnyha berlari. Tiba-tiba seorang penjual martabak datang menghampirinya. Keduanya lalu saling berbicara. Ku kira ku tahu apa maksudnya. Sedikit-sedikit ku terjemahkan ke dalam bahasa negeriku sendiri. Lalu aku jongkok, masih dengan memandangi beberapa orang yang ngoceh di sampingku. Penjual martabak itu dengan hentakan keras menendang pantat si gadis kecil. Ia menangis di tengah jalanan itu. Ku lihat ia dengan percaya diri hal itu. Seketika lalu ku buang perhatianku. Yaang aku tahu gadis kecil itu kawan sebangsaku.
Jam menunjukkkan pukul 20.30 waktu setempat. Aku berlari menuju tempat penuh kesesakan orang dan keramaian malam. Sebuah lagu berkumandang memekik telingaku. Kentara sekali suara dan lagu itu. Kurasa itu milikkku, tapi bukan, sejam lalu negeri orang datang mengambil lirik- lirik merdu lagu itu. Aku diam, ku urut benar dadaku. Pengemis kurus datang menghampiri aku. Ku lihat benar orang itu. Seberapa lama kau tidak mengedip. Ku liaht dari cara dan suaranya, aku kenal benar orang itu. Di negeriku banyak orang berbahasa sepert tiu. Ku geledah jas malam berwarna hitam kelam, ketebalannya sungguh menenangkan jiwa. Jas kulit yang baruku beli seminggu lalu. Ku temukan uang dalam mata ringgit. Satu koin ku ambil dan ku hantarkan kepada orang tiu. Ku tatap keuda mata telah terlihat begitu letih. Kentara benar raut kesedihan, kemalangan, serta kelaparan teramat besar tergambar memenuhi liku wajahnya. Selagi aku melihatnya, orang-orang jalan berlalu lalang membelah keramaian tempat itu. Suara jatuhnya koin, tepat terdengar di depanku.  Aku terperangah. Pengemis lalu merangkak, mencar- cari arah datangnya koin itu. Aku hanya terdiam sambil mengamati matanya. Ia merangkak bagai anjing yang mencari makanannya. Terinjak tangan pengemis oleh orang negeri itu. Ku lihat orang tiu melotot sambil mengumpat pengemis itu dengan bahasa ala orang negeri tiu. Pengemis merunduk tak berani menatap mata orang tiu. Bajunya yang mungkin lama tak ia ganti mulai habis ditelan waktu.
            Ku tinggal pergi sendiri oran tiu di sana. Ku susuri pasar-pasat raksasa yang megah di samping mnara bursa uang. Gedung tiu bercat orange bergaris hitam. Lampu- lampunya terang menghiasi dinding dan tempat di dalamnya. Aku mulai bertanya pada diriku sendiri setelah kulihat hal yang mungkin tak biasa ku lihat di negeri-negeri orang lainnya. Baju itu sama seperti pakaian yang bisa di pakai bapakku di kampung kami dulu. Kulihat dan kubaca dari mana pakaian itu di buat. Aku sudah yakin benar kan bangga ingin menyebutkan itu buatan negeriku. Namun, begitu kulihat jels merk pakaian itu. Sungguhtak ada satu katapun yang mengatakan itu buatan negeriku sendiri. Bapak ibuku dulu begitu bangga menceritakan suatu hal tentang pakaian itu. Buatan orang Jawa, kata bapakku. Di buat begitu teliti dengan keindahan mutlak negeri kami. Motif- motif keraton biasa yang ibu buat untukku. Nenek moyang kami, begitulah ibuku selalu menyuarakan empunya pakaian adat bangsa kami. Ku perhatikian lagi tempat sekitar itu. Kulihat begitu jelas, gemboran keras penjaul yang dengan bengganya memamerkan produk buatan mereka sendiri ide dari negeriku. Seberapa pantas mereka mengtakan itu. Tak punya malu, kukata dalam htai hendak mengumpat penjual batik toko ini. Kebocoran seperti ini sudah biasa aku ketehui. Kecolongan berkali-keli negeriku itu. Kuraba kain yang ku pegang di toko itu. Tak sehalus buatan negeri kami. Motif-motifnyha pun terlalu jelek menurutku. Tak seolok kepuyaan kami. Kuletakkan kembali kain batik itu di atas tumpukan kain lainnya. Keramain malam ini membuatku lelah dan teramat letih. Aku hendak menutup kedua mataku, namun di ujung sana, gelombang-gelonbang suara dengan dentingan merdu menyusutkan mataku. Sekumpulan orang begitu senyap memperhatikan gera-gerik seorang penari. Seorang perempuan tua berdiri di sampingku, tepatnya di sebelah kiriku. Ku mulai mengajaknya berbicara. Suaranya lirih habis di sikat alunan merdu musik pengiring tarian itu. Dia hanya mengangguk-angguk saja kiranya. Lalu ku jongkok menikmati iringan musik. Gerak-gerik mata penari itu begitu tajam dengan irama mata yang tegas. Bola matanya bak menari-neri ke sana kemari. Mahkotanya terbuat dari kuningan, namun begitu indah silihat. Tek lupa lehernya itu bergerek bak ular hendak menangkap mangsanya. Tenun yang mereka pakai, begitu lekat dengan penari-penari Bali, di negeriku.
            Ku tutup mataku. Ku ingat benar dulu sewaktu aku datang berkunjung ke Bali. Ku habiskan wakru bersama teman-teman se SMA ku. Di sana kami pernah melihat tarian itu. Sedikit- sedikit aku bisa gerakan tarian itu. Sama persisi dengan tarian-tarian penari di tempat ini sekarang. Maksudnya apa? Aku berdiri dari sikap jongkokku tadi. Ku miringkan topi hitamku. Aku maju tiga langkah ke depan. Ku rapatkan kakiku, tanganku mulai meregang dan kaku. Mataku yang seolah tadinya idam, mulai berlenggok menatap ke kanan, kiri, depan, dan atas. Leher pendekku mulai aku gerakan seirama alunan penari lain. Ku gerakkkan semua anggota tubuhku. Kulihat dengan cermat ekspresi penonton yang membentuk lingkaran mengelilingi penari Pendet itu. Bak penari handal Bali, aku peragakan tari Pendet asal Bali. Orang- orang di sekitar terdiam, namun lemparan tomat mendera jas kulit tebal milikku. Ku permalukan semua orang asli negeri itu di hadapan para turis lain. Kedua pipiku mulai melebar. Ku usap dengan sebuah sapu tangan dalam jas kulitku itu. Kepuasan tiada tandingannya untukku. Orang-orang mulai menjauh dan meninggalkan tempatku berpijak. Anda pujian ku terima melalui jabatan tangan penonton yang sependapat denganku. Yang tak suka ku biarkan berlalu dengan wajah kepuasan. Ku hampir saja malu jika tiada yan sependapat denganku. Wanita tua yang tadinyamberada di sampingku, datang menghapiri aku. Dijabatnya tanganku, tersenyum dengan mengucap kata “kau hebat anak muda”. Ku hanya tersenyum pendek kepadanya. Kiranya aku tahu jika wanita tua itu mengetahui dari negeri mana aku berasal. Tanpa ku sebutkan tentunyamoarang-orang itu tahu lewat sikap dan rupaku. Meski tak jauh beda rupaku dengan orang asli negeri ini. Tapi kami tentunya berbeda tabiat.
            Ku luruskan topi yang semula kumiringkan. Seberapa pantas mereka melempariku dengan sebuah tomat. Ku rasa ku harus menguasai adat negeriku untuk ku pamerkan ke seantero negeri orang lain. Ku tarik nafas terdalamku. Ku langakhkan lagi kakiku. Sepatu bututku ku perhatikan sudah tak layak untuk ku pakai. Kuu lihat alasnya sudah mulai hilang, halus termakan aspal-aspal jalanan negeri ini. Samping sepatuku pun mulai pudar. Termenung aku di tabrak seorang gadis kecil yang berlari ke arahku. Ku elus kepala anak itu. Lalu ku bertanya padanya. Kau kenapa? Ia mulai bercerita padaku. Ku dengar kata-katanya nampak tak jelas ku dengar. Ku mulai menerjemahkan satu demi satu perkataan anak itu. Ia berkata sebuah bentuk orang, namun dengan tatanan yang sangat unik. Mempunyai sebuah mahkota. Pakaiannya seperti para prajurit kerajaan. Ku bertanya lagi, lalu apa? Anak itu berkata “itu khas negeri saya”. Ku lihat ia berdiri, lalu mulai menunjuk dengan jarinya. Kuperhatikan tangannya menunjuk pada sebuah Wayang yan terpajang jelas di depan toko pernak-pernik di ujung kiri jalan tempatku berdiri. “Wayang!” kataku dalam hati. Kenapa terpajang di tempat itu. Aku selalu menang dalam hal apapun. Tapi mengapa negeriku tak cukup perkasa untuk menjaga yang mereka milikki. Adat dan hasil dari nenek moyang kami terasa membosankan di negeriku sendiri. Disebar seperti tak dibutuhkan. Para burung-berung liar berkerubung menangkapnya dan mengeraminya. Negeriku kalah begitu saja. Seberapa pantas mereka membiarkan perlakuan itu? Negeri dan tempatku berpijak ini adalah satu rumpun. Tak jauh beda memang wajah-wajah kami ini. Namun negeriku ini selalu kalah dari tempatku berpijak ini. Ku beranjak pergi dari tempatku semula. Ku berjalan menuju teras tempatku tinggal di sini. Ku copot topi serta jaket kulitku. Sejenak aku diam melihat lalu lalang orang di tempat itu.
            Ku buka tas ransel yang sepanjang hari ini terus saja ku gendong. Warnanya yang tadinya hitam malam ini bertambah kelam. Ku buka perlahan, kertas putih ku ambil dan ku letekkan di atas meja tempatku terduduk. Sesekali ku pijit kedua kakiku yang seharian ini tanpa lealh ku ajak mengitari negeri orang ini. Terlihat titik- titik biru di sana. Ku hela nafas dalam- dalam. Ku rogoh kantong jas yang semula ku sandarkan di tempat ak duduk. Ku ambil sebuah bolfoin bermerk. Ku tulis suatu cerita rahasia tentang kenyataan hidup dua negeri yang berbeda. Perjalananku sepanjang hari ku rangkai dengan kata yang menusuk dada. Kutuliskan cerita untuk anak cucuku nanti. Suatu hari nanti mereka harus tahu tentangku, negeriku, dan negeri pencuri ini. Yang ku tahu yang terbaik adalah milik negeriku.

Monday, May 9, 2011

Strategi Pembelajaran Ekspositori


Strategi Pembelajaran Ekspositori

1.      Pengertian

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung
oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran
seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankan
kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.

2. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori

Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:
a. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran
secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam
melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan
ceramah.
b. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang
sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal
sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali
materi yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
Dikatakan demikian, sebab dalam
strategi ini guru memegang peran yang sangat
dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran
secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat
dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan
akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah
merupakan bentuk strategi ekspositori.

3.      Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih
baik dibandingkan
dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi
pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan
pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus
dicapai.
Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa
prinsip berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap guru.
a. Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam
strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti
proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah
yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini.
Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan
tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada
umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku
yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh
siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan
kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat
mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan
untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu,
namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu
dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan
strategi ekspositori.
b. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang
menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada
seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin
disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun
sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi
guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima
pesan.
Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi
urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan.
Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap
oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem komunikasi dikatakan
tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap pesan
yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai
gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi.
Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa)
tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin
disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada
33
proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat
penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan
agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu
proses komunikasi.
c. Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan,
terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara
fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan
mata pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.
d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung
pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang
berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa
pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka
untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses
belajar mandiri.
Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada
kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan mated pelajaran.

4.      Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Ekspositori

Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima
pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah
yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya
adalah:
1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
3) Bukalah file dalam otak siswa.

b. Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam
penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah
ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa,
(2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa, dan (4) menggunakan
joke-joke yang menyegarkan.

c. Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa
dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap
materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang
telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan
berpikir dan kemampuan motorik siswa.

d. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi
pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah
yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan
siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
e. Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka
menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat
penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru
akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman
materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di
antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah
disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran
yang telah disajikan.

5.      Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori

a. Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang
banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa
keunggulan, di antaranya:
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan
dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh
mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi
pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang
dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar
melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus
siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk
jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki
kelemahan, di antaranya:
1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa
yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk
siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi
lain.
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta
perbedaan gaya belajar.
3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,
hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada
apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri,
semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan
bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa
itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi
satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol
pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di
samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang
6) dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

Kita ini apa?