Aku berlindung pada Rabbku,
Dari duka dan nestapa,
Dari cinta yang membara,
Dari rupa-rupa dusta,
Dari opini dan prasangka,
Dari kejamnya fitnah dunia,
Dari suara rayuan penggoda,
Dari silaunya keindahan dunia,
Dari gejolak hati para pecinta,
Dari perbuatan buruk nan tercela,
Dari pemimpin dzalim lagi durjana,
Dari buruknya pandangan mata,
Dari sumpah dan hinaan manusia,
Dan dari lembah syair sang pujangga,
Wednesday, November 23, 2016
Cover
Baca
Aku diperintah hati,
Memulai dan menyadari,
Adalah kata baca yang pernah diingkari,
Syair-syair palsu dulu menciderai,
Cinta adalah senjata melukai diri,
Jahil lagi malapetaka dibuat hati,
Rabbku menjanjikan api,
Bara pandangan mata tanpa arti,
Perbuatan dari sebuah nurani,
Baca kini jadi pertanda melangkahkan kaki,
Di lembah dusta penyair pada sang Ilahi.
Rabb
Aku bangun,
Aku melihat seisi kamar,
Ketakutan itu menjalar,
Menghabisi jiwa dalam tikar,
Aku menangis mengingat ajal,
Tempatku diam, termangu,
Usai kemarahan penuh rindu,
Aku berdoa sungguh padamu,
Memohon ampun atas perbuatanku,
Kecerobohan melupakan nikmatmu,
Aku takut hidup tanpamu,
Adalah detak nadi di leherku,
Mengingatkan begitu dekat waktuku kembali padamu,
Para Penyair dalam Al Qur'an
Surat Asy Syu'araa' (Para Penyair) Ayat 201-227
Surat Asy Syu'araa' Ayat 201-227 (Para Penyair)
ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
Mereka tidak beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih,
maka datanglah azab kepada mereka dengan mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya,
lalu mereka berkata: "Apakah kami dapat diberi tangguh?"
Maka apakah mereka meminta supaya disegerakan azab Kami?
Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun,
Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka,
niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan;
untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.
Dan Al Quran itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan-syaitan.
Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Quran itu, dan merekapun tidak akan kuasa.
Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Quran itu.
Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab.
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan";
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang),
dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.
Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun?
Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa,
mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah,
dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.
Reha VI
Reha, aku memanggil namamu
Dalam sunyi sepi sendiri
Aneh, perasaanku tidak berkurang padamu
Sejak masa sma aku melihatmu
Sejatinya aku tahu, ini sulit
Malam takkan bersatu dengan pagi
Bukan karena aku tidak melihatmu,
Lalu aku tidak tahu kau di sini,
Bukan karena aku tidak bertanya,
Lalu aku tidak tahu dirimu,
Bukan karena aku dingin,
Lalu aku tidak memperhatikanmu,
Bukan karena aku diam,
Lalu kau tidak berarti untukku,
Aku sangat menyayangimu,
Monday, November 21, 2016
Dibungkam
Aneh, negara demokrasi
Menyampaikan pendapat dan demonstrasi dianggap subversif dan mengganggu keamanan
Awal dimulainya pembungkaman
Mengkritik ketidakbenaran dituduh makar
Suara-suara ditindas oleh kekuasaan
Demi para pemilik kepentingan
Yang katanya demokrasi dikorbankan
Dijajah di jaman kecerdasan yang kebablasan
Pemuda yang dulu sengaja dibungkam
Kini memilih bungkam asal bisa makan
Pura-pura tidak tahu jika negara sedang ditikam
Dunya II
Tanpa seorang yang ku sebut teman
Jika kau marah, apalagi aku
Jika kau lelah, apalagi aku
Jika kau resah, apalagi aku
Jika kau menyesal, apalagi aku
Jika kau, apalagi aku
Ada masanya hati tidak mampu menabahkan diri
Berbagai alasan tidak cukup untuk mengibur diri
Ada waktu diri tidak mampu berdiri sendiri
Jadi berhentilah,
Hati ini tak boleh terluka walau sedikit
Tidur
Akhir-akhir ini tidur menjadi menakutkan
Berulang kembali setiap satu malam
Letih lelah kemudian
Menjadi susah bangun berkali-kali
Mataku, seperti tertutup kabut
Terbuka, tertutup kembali
Tenagaku habis untuk bertarung
Kepanikan selalu melanda, kegaduhan
Tidur menjadi hal yang tidak diinginkan
Tapi tak sanggup melawan
Kantuk yang menyeret ketenangan
Menenggelamkan dalam kematian
Sunday, November 20, 2016
Reha V
Rindu, mengapa air mata mengalir
Aku berharap kita bertemu
Anganku begitu besar padamu
Hujan cinta penuh di mataku
Kasih sayang, rasanya sudah tak mampu
Hatiku runtuh diterpa angin rindu
Melayang berlarian menemuimu
Tak ingin pulang sebelum bertemu
Sang pujaan pemilik hati
Ku mulai kisah yang tidak mampu berhenti
Meski kini kau tak sendiri
Sampaikan, kawanmu sedang rindu
Sanaya II
Kita diam, jarak berjauhan
Adalah tempat bernaung, hutan
Kabut petang mulai menjelang
Kau dan aku berdiri saling berseberangan
Saling pandang penuh pertanyaan
Layaknya dua orang asing
Diterpa angin dingin
Kekasih lepas dari tangan
Senyum pudar seiring malam datang
Kau dan aku duduk melihat bintang
Adalah akhir malam yang menyenangkan
Gadis manis di kebun teh
Kabut Sore
Tempat itu gelap, menakutkan
Aneh, takdir tiba-tiba mempertemukan
Di antara kabut penuh misteri
Jalan itu penuh kebingungan
Wajah familiar penuh keraguan
Tak asing dari pandangan
Hati ingin kita berteman
Takdir bilang kita lawan
Kita saling memaksa mengejar
Ketakutan saling menyakiti kala berhadapan
Aneh, asmara sulit dikendalikan
Saturday, November 19, 2016
Dunya
Hati, kau sedang bercanda
Mana mungkin kau melakukannya
Kau menulis kisah cinta yang salah
Dia, tidak mungkin kau jauhkan aku darinya
Kekeliruan ini tidak bisa diterima
Kita tidak sedang bermain dengan perasaan
Atau pura-pura tabah menerima
Dia itu cahayaku,
Penerang sisi gelapku,
Mana mungkin dia bukan bagianku,
Pasti ada yang salah dengan itu,
Atau kau sedang mengujiku agar aku menunggu,
Friday, November 18, 2016
Reha IV
Mencari arah dan tujuan
Kemana larinya sebuah perasaan
Aku, kau, ini dinding penghalang
Suara yang tak sampai di pendengaran
Cinta, anehnya dia bernyawa
Mengganggu apapun yang ada
Adalah lara saat aku menafikannya
Perasaan ini sangat melukai kita
Asmara, dia mencoba membakar jiwa
Kau membuatku sadar
Tidak ada yang kita dapat dalam cinta
Kecuali derita
Tapi entah mengapa,
Kita tetap melakukannya,
Thursday, November 17, 2016
Reha III
Kita berdua terdiam, dalam hujan
Mencari arah dan tujuan
Kemana larinya sebuah perasaan
Aku, kau, ini dinding penghalang
Suara yang tak sampai di pendengaran
Cinta, anehnya dia bernyawa
Mengganggu apapun yang ada
Adalah lara saat aku menafikannya
Perasaan ini sangat melukai kita
Asmara, dia mencoba membakar jiwa
Kau membuatku sadar
Tidak ada yang kita dapat dalam cinta
Kecuali derita
Tapi entah mengapa,
Kita tetap melakukannya,
Saturday, November 12, 2016
Meera
Karena waktu tidak memberi kesempatan untuk bicara,
hingga ketidaktahuan diantara kita menjadikan kesalahpahaman yang tidak ada ujungnya,
dan perpisahan adalah kata terakhirnya,
...........................................
kini mau bilang apa,
jika takdir ternyata mempertemukan kita,
setelah waktu sekian lama,
pertanyaan tetap saja menganggu jiwa,
kita terlihat seperti orang asing tak saling sapa,
yang dulu tak berdaya karena cinta,
dan jatuh layaknya orang gila karena dusta,
yang tidak kita ketahui kebenarannya,
.............................................
lalu, hingga kini hati masih bicara,
manisnya cinta masih tersisa,
kebersamaan itu mengikat hati rupanya,
kita tak tahu bagaimana cara memulainya,
kegugupan kekasih yang melanda,
biar takdir memulainya, atau kita mati begitu saja,
cinta, kadang suka kadang duka,
hanya Rabbku pelindung jiwa,
dari cinta yang kembali membara,
Bangun!!!
Aku akan jadi pemeran yang hebat
Pura pura tidak tahu negara dalam masalah
Aku hidup di negeri yang hutangnya setinggi langit
Di sesakki oleh orang-orang berperut buncit
Ke sana ke mari mengeruk negeri demi duit
Kekayaan negeriku dijual seperti barang murahan
Aku tidak bisa lupa pulau-pulau indah dipajang di situs perdagangan
Kekuasaan demi untuk menumpuk kekayaan
Ini harga diri yang terlihat rendahan
Cukong-cukong berebut buruh pribumi
Diupah tak seberapa layaknya manusiawi
Dipermalukan di negeri sendiri demi sesuap nasi
Sedang pemerintah sibuk sendiri
Asing disuapi, diberi kebebasan, ijin dipermudah untuk menjajah negeri
Mengenaskannya pahlawan kita sudah mati
Mereka akan menangis melihat asing menguasai
Apa aku harus bilang ini baik-baik saja?
Jika aku tidak bicara kali ini dan tetap bungkam pada ketakutan
Aku tidak hanya seperti cacat fisik, tapi juga cacat mental
Di mana suara-suara pemberontak penuh nyali
Saat negeri dikhianati pemimpin sendiri
Bangun!!!
Tunjukkan negeri ini bisa berdiri di kaki sendiri
Kopi
Aku tidak apa-apa
Aku hanya sedang minum kopi
Aku tidak sedang melamun
Aku sedang memikirkan sesuatu
Aku sering pergi sendirian
Aku duduk ditemani siang dan juga malam
Aku sehat dan mungkin masih cukup waras
Tidak apa, tidak ada yang terjadi
Aku hanya sedang rindu merasakan kopi pahit yang kadang terasa manis
Thursday, November 10, 2016
Reha II
Lama kita tak jumpa
Melihat mukamu pun dah lama
Kita berbagi suka, tapi tidak dengan duka
Suaramu itu, aku mulai lupa
Kita ini kawan atau apa?
Jalanan, pernah kita lewati bersama
Tempat itu, penghilang duka
Bintang dan bulan pernah terlihat di antara kita
Diamku kini, adalah malam sunyi
Rindu, anehnya dia ada di sini
Tuesday, November 1, 2016
Sreno de borjork
Banyak nian tujuan hidup ingin kuraih
Betapa banyak harapan kegantungkan dan,
Betapa banyak doa-doa kupanjatkan
Namun aku ini seperti musafir kelana yang tersesat
Sampai akhirnya petunjuk datang, sinar terang menuntunku meretas jalan hidup yang kudambakan selama ini
Gulungan Awan
Adalah cerita yang mempertemukan kita
Sebuah hasrat yang tak karuan
Di sini, hatiku berdenyut ketika melihatmu
Iringan lagu pemanis rindu
Alangkah buruknya rasa ini mempermainkanku
Tidak ada lagi yang bisa aku katakan
Siapa yang akan mencintaimu seperti aku
Kekasih pembawa suka cita
Kekasih peredam luka
Adalah gulungan awan
Mengingatkan bahwa kau ini kawan
Mengingatkan bahwa cinta sungguh berat
-
Sang Penyair "Allah Maha Pembuka Pintu Hati" Aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair, seorang penyair bersandiwara deng...
-
Mencari Sang Penyair: Pembuka Novel “ aku akan bahagia karena aku adalah Sang Penyair. Seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. I...
-
MAKALAH PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGANMASYARAKAT FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 BAB I P...