Monday, November 25, 2019

Reha XIIVC

Aku jadikan dia kawanku
Di atas ditidurnya terucap janji setia
Di setiap kehidupan untuk terus menjaganya
Pada hujan pertama tahun ini
Aku gantungkan doa penuh kasih
Setiap jatuhnya semoga membawa kesembuhan pada sakitnya
Hari-hari rintik hujan, dalam derasnya semoga dia bahagia
Tidak takut pada apa yang dihadapinya saat ini
Lalu bersemi senyumnya kembali

Tuesday, November 19, 2019

Reha XXIII

Aku awalkan puisi ini dengan doa
Bahkan yang tak beradat sepertiku memintaNya
Aku ketakutan sepanjang masa melihatnya
Wajahnya sendu meringis melihatku
"bagaimana?" tanyaku
Hari hariku penuh dengan memikirkan keadaannya
Semoga malamnya baik dan nyeri hilang 
Aku ingin dengar suara tawanya lagi
Klise tapi aku benar-benar mendengar jeritan ketakutan dalam hatiku
Seseorang bagian hidupku tengah terluka
Senjanya redup ditelan penyakitnya
Hatiku teriris menatapnya

Saturday, November 16, 2019

Reha XXIIX

Dia seperti rahasia yang diberikan Tuhan padaku
Aku punya banyak cinta untuknya
Tidak terhingga sampai entah kapan aku akan terus menyayanginya
Dia adalah duniaku, temanku, keluarga, dan adik perempuan bagiku
Itu seperti perasaan yang tidak terdeskripsikan
Hanya saling terhubung
Aku memikirkannya hampir setiap hari
Kadang aku memimpikannya tanpa sebab
Kami tertawa, menelusuri jalanan berdua, berbagi makanan, dan tempat berteduh.

Hanya saling terhubung

Friday, November 15, 2019

Reha XIIXII

Saat itu dia menyuruhku keluar
Aku melihatnya menangis melalui sudut kaca depan pintu rumah sakit
Sekelebat tak berani menatap
Aku biarkan jika itu mampu mengurangi beban rasa yang dipikulnya
Hal yang ingin ku tahu bagaimana caranya agar terbagi padaku
Sesekali dia menoleh dan kubalikkan badan agar dia tetap menyangka aku tidak melihat
Air matanya membasahi ujung rambut sampingnya tidur
Buru-buru dia hapus agar tidak berbekas dan ketahuan olehku
Aku berdiri di samping pintu penuh sunyi sembunyi
Lorong tempat itu kali pertama aku menangis kembali
Dan marah pada Tuhanku
Maafkanlah aku

Tuesday, November 5, 2019

Doa Anggur

Setiap pagi doa mampir di jendela rumah
Diam-diam dipanjatkan agar dia datang
Dibawah pohon anggur ranum hitam
Sejak pertanyaan buah apa yang tertanam di rumah
Ditanam, diusap, didoakan agar cepat besar dan membuatnya bahagia
Terengah jengah mimpi semoga datang menghampiri
Jika suatu saat tak lagi sanggup terantar
Yang senyum mengajak semesta bersuka
Pojok ruang terlentang penuh dukanya
Hingga anggur benar-benar dianggurkan olehnya

Debat Pagi

Perdebatan dua pagi; "kamu mana bisa hidup hanya dengan puisi?" berdiri semampai berujar, "kamu tetap bisa mati meski pangkatmu tinggi" begitu ujung risalah nisan itu berdiri.

Monday, November 4, 2019

Reha XIIXI

Dia seperti anak kecil yang sedang tidur
Pulas diantara cemas yang menakutinya
Pagi dan senja entah bagaimana dia membedakannya
Pojok ruang penuh sendu pagi itu
Ranjang pipih dihimpit suaranya yang lirih

Friday, November 1, 2019

Reha XIIX

Sehalai kain di atas ranjang pucatmu penuh lirih
Menganggu minggu-minggu yang tak akan sudi berlalu
Wajah sendu senyum kantuk bibirmu menundukkan rindu
Dukamu yang tak mampu kukupas dengan bait helaan napas
Murung kurung tak berbatas meski matahari menghujam ruang
Pada hari itu sedih mengelilingi seluruh diri
Yang duduk tak sanggup beranjak mendengar pedih
Raganya jujur membujur tepat di samping kursi besi
Bukti jika takdir menghakimi dan membuat hancurnya mimpi
Yang bertahun-tahun ku sematkan dalam doa tidak terjadi

Reha XII

Sepenggal nama, ceritamu panjang bernada
Setiap malam menjadi ketakutan kisah-kisah rindu
Yang membekas pada kertas mainan semasa sekolah
Diantar waktu sampai gerbang perjumpaan selepas masa perkuliahan
Namamu dicatat buku dan risalah digital penuh lafal
Yang malam membacanya sampai penuh luruh sembunyi-sembunyi
Kabarkan kawanmu tengah termenung menunggu semesta mendukung
Senyum berubah jadi abu melalui rintik air sendu dimatamu
Yang diam meratapi hati sejak hari-hari mulai melukai diri
Tidurlah, tidak apa-apa, senja yang tengah berduka kembalikanlah

Kita ini apa?