Sunday, July 26, 2015

Waktuku

Waktuku

Jika sampai waktuku,
Sampaikanlah pada ibuku, aku baik2 saja
Aku diam, tak ada yang mengajakku bicara
Aku kini sendiri, tak dipeluk lagi oleh ibu
Aku tidur, dan tak lagi dibangunkan ibu
Aku, luka ini tak lagi ada yang menyayangi
Waktuku kini sendiri, ibu
Maukah kau melepaskan untuk sendiri?

Jika aku sudah tidak bisa pulang,
Katakanlah pada ayahku,
Aku sedang berjalan sendiri kini
Aku sedang mencari jawaban atas semua pertanyaanmu
Aku sedang sendiri karena kerasnya hatimu
Aku sedang meniti halai untuk sampai ke sana
Bersabarlah, jika aku tak bisa sesuai inginmu
Aku sedang termangu sendiri,
Mau ku bawa kemana dosaku ini

Ibu, ayah, mungkin aku tak bisa menjadi seperti inginmu
Kini, aku sendiri menanggung haru
Kini, aku sendiri seperti apa maumu
Kecewaku hilang bersama diriku
Waktuku habis,

Bulan Malapetaka

Bulan Malapetaka

Aku sudah ingin berhenti dari hati ini
Mengapa perasaan seakan mengutuk nurani?
Cahaya bulan terang benderang menyinari malam
Mana mungkin bintang2 tidak mengelilingimu
Jika aku satu, apakah kau berani menatapku
Wahai bulanku, sinarku, cahaya malamku, satu2nya untukku
Lalu aku harus melihat dirimu di lirik ribuan bintang
Menari menyuguhkan mantra dan hiasan untukmu

Senyummu, bagaimana rasanya kini?
Bulan yang di atas kepalaku
Apakah kau anugerah atau malapetaka?
Apakah kau surga atau neraka?
Apakah kau nyata atau dongeng semata?
Katakan padaku, bisakah semesta menerima
Panah asmaraku, gejolak hatiku, panas darahku, isi fikiranku
Bolehkah kita berdua mengadu pada Rabbmu?

Wednesday, July 22, 2015

Pengadilan

Pengadilan

Apa yang sedang kau lakukan sekarang?
Apa gunanya menangisi jasad yang diam kini?
Perlukah penyesalan dirasakan oleh kerasnya hati itu.
Akhirnya jiwa itu kau layangkan surat pemanggilan
Akhirnya nestapa diantara kita kau ungkap juga
Ketika keluguan menghilang diantara kita

Suatu hari aku tidak akan diketahui sebagaimana benarnya
Jika kau terima penjelasan dariku dalam surat ini
Maka, pastilah aku tidak lagi berada di sampingmu
Pastilah aku telah kau kubur dengan kerasnya hatimu

Lalu seberapa adilnya ini untukku?
Pengadilan inikah yang kau benarkan, Tuanku.
Aku tepati janjiku untukmu, lalu kini kau mengingkari ucapanmu itu
Sejarah akan menulisku sebagai bangkai yang kurangajar
Tanpa hal yang aku, Tuhan, dan ketidakpercayaanmu itu

Lalu, apa yang membenarkanmu atas pengadilan ini?
Apa yang menjadikan kebenaran dimatamu sebagai kebenaran hakiki?
Wahai Tuanku yang aku sayangi.

Tuesday, July 21, 2015

Antara aku, kau, Papua Indonesiaku

Antara aku, kau, Papua Indonesiaku

Hanya ada dua jenis orang di dunia
Yaitu orang baik dan orang jahat
Begitu juga di Indonesia, negeriku
Papuaku adalah hati dari Indonesia
Penanda wajah dan sikap negeriku
Jangan membuat rumor dan desas desus diantara kami
Papuaku adalah jiwa Indonesia, negeriku
Aku tidak peduli, perbedaan diantara kita
Dulu, kini, dan nanti tidak akan merubah jiwa saudara kita
Aku, kau, layaknya Papua sebagai belahan hati yang tak mungkin dipisah oleh ketidakbenaran kata orang lain
Semoga Tuhan melindungi kita dari pendengaran buruk di luar sana
Semoga kita damai hingga akhir masa

Sunday, July 19, 2015

Tentang Tuhan?

Tentang Tuhan

Allah Tuhanku, ampuni apa yang hendak aku tanyakan ini
Aku sangat ingin tahu apa Kau merasakan apa yang aku rasakan kini
Sekian lama aku mencari jawaban sendiri
Aku orang biasa yang penasaran pada hidup ini dan tentangMu
Aku berjanji bahwa aku sangat percaya padaMu dan akan begitu selamanya apapun yang terjadi
Tapi, aku ingin tahu hal yang belum dijelaskan
Hal yang belum pernah aku dengarkan sebelumnya

Kau punya perasaan, bisa memberi pahala dan hukuman pada hambamu
Apa kau bisa merasakan cinta?
Perasaan yang ada dihatiku ini
Seperti anak panah yang dilepas dan mengakar di tubuhku ini
Allah, Tuhanku Kau hanya satu
Tak beranak dan tak diperanakan
Tapi Kau menciptakan rasa ini dihatiku
Lalu, bagaimana Kau jatuh cinta?
Apa sepertiku ini, siang malam meratap bahagia?
Padahal aku tahu bahwa aku tidak dapat bersama dengannya
Atau sakit dada, sebab aku tak Kau takdirkan hidup berdua dengannya?

Tuhanku, ampuni rasa ingin tahuku
Bagiku, cinta kasih adalah hal yang tak terbatas
Tua, muda, lelaki, perempuan, semua orang
Tapi mengapa hanya satu cinta yang membuat luka dihati
Lalu, bagiMu cinta itu apa?

Monday, July 13, 2015

Lepaskan aku, hati

Lepaskan aku, hati

Dia yang aku simpan dalam rahasiaku
Dia yang diam diam menikamku
Dia yang setiap saat menentang pikiranku
Dia yang mencaci logikaku
Dia menimbulkan luka padaku
Dia mengacaukan instingku
Dia menggoyahkan idealisku
Dia membuat cinta tak asing bagiku
Dia pembunuh masa depanku

Malamku, sudut gelap dalam diriku
Malapetaka yang kadang kurindu
Bayang2 gelap disetiap langkah kakiku
Aku menderita
Lepaskan aku, hati

Monday, July 6, 2015

Soulmate

Soulmate

Oh pagi, akankah aku menemukannya lagi hari ini?
Akankah ia muncul dari panasnya sinar matahari?
Jiwaku, semangatku, pelita hatiku, akankah aku menemukan dirimu yang dulu?
Kau selalu mengatakan bahwa kita adalah kawan
Tapi perasaan yang tidak bisa disembunyikan itu ada di hatiku
Yang membuatku diam saat bersamamu
Yang membuatku tak berani menatap matamu
Yang membuatku gugup ketika bersentuhan denganmu

Aku tidak bisa memilikimu, lalu bagaimana mungkin ini cinta
Lalu jika bukan cinta, mengapa aku resah memikirkanmu
Akankah aku menemukanmu yang dulu?
Aku yang hanya sebuah hati yang diam sebelum bertemu denganmu
Kini bergejolak tak menentu olehmu
Jiwaku merasa berbeda dari jiwaku yang dulu
Lalu siapakah kau itu?

Hutangku, cintaku

Hutangku, cintaku

Dua orang yang bertemu malam itu, saling bertanya
Siapa aku dan siapa dirimu?
Mengapa kau datang dan aku harus bertemu denganmu?
Lalu aku menjawabnya,
Kekasihmu datang dan ucapkan selamat datang
Jika kau ingin tahu mengapa aku harus bertemu denganmu, lihatlah mataku
Akan aku katakan sesuatu dan dengarkanlah suara dari mataku

Tujuan dari kekasih adalah membunuhku
Anggaplah diriku adalah hutang pada kekasihku
Bagaimanapun juga cintaku terlampau jauh menjatuhkanku
Bukankah alasanku lebih gila dari kesalahanku
Bukankah matahari rela tenggelam demi agar bulan terbit
Itulah yang harus ku bayar demi api yang membara di dada yang orang sebut cinta
Aku harus menenggelamkan diriku ke dasar lautan untukmu
Begitu mahal hutang yang harus ku bayar pada kekasihku
Lalu maukah kau menolongku kini?
Kekasihku, bulanku, lautan api dihatiku

Sunday, July 5, 2015

Dia Tanpaku

Dia tanpaku

Foto itu membakarku setiap waktu
Ia menikam hatiku lebih dari yang kau tahu
Mana mungkin aku tidak terluka jika melihat hal itu
Orang yang kau cintai itu, membuat dukaku bertambah perih
Oh,, perasaan apa yang membutakan hatiku hingga seperti ini
Mungkinkah aku cemburu hingga lupa dimana posisiku
Bahkan aku tak lagi bisa menahan api yang membumbung di hati
Lalu dia yang mendapatkan hatimu kini

Kata "jika" yang kau katakan padaku
Adalah pedih yang tidak ada pengobatnya
Jika matahari dan bulan bersatu, itu tidak mungkin terjadi
Terpaksa berpisah karena takdir tidak bisa menuliskan keinginan hati
Yang aku sayang, yang aku cinta
Yang kurindukan matanya,
Yang kunanti senyumannya,
Keindahanku, keharumanku yang menawan
Mana mungkin aku tidak resah tanpamu
Ya muhibbin, mengapa Kau ciptakan dia tanpa aku sebagai pemiliknya
Dukaku ini, bagaimana aku bisa menanggungnya?

Tentang Cinta, Kita, dan Tuhan

Tentang cinta, kita, dan Tuhan

Kini tak lagi kesempatan untuk bicara
Tentang cinta, kita, dan Tuhan yang tidak bisa diubah
Haruskah kita berakhir seperti ini? Tragedi apa yang kini menyiksaku
Entah bimbang akan membunuhku seusai ini
Aku kalah dan menangis karena takdir
Senyumku, matahariku, bahagiaku, mengapa takdir begitu kejam padaku?
Awal yang kuidamkan pembawa dahaga dan air cinta kini hilang tak bersisa

Jika derita ini adalah pemberian,
Apa yang bisa kita lakukan selain menerima hal ini sebagai hadiah dari Tuhan?
Ini adalah wujud lain dari bahagia

Saturday, July 4, 2015

Kata Tuhan

Kata Tuhan

Lalu aku ini manusia apa? Kecil
Tak punya apa2, aku tahu
Lalu aku harus melakukan apa?
Kata Tuhan harus ikhtiar dan mencari apa yang ku sebut hidup itu
Dan aku hanya sendiri, sekalipun aku butuh penghibur duka
Aku ingin marah, mengapa Kau melakukan ini padaku?
Bukankah aku selalu berdoa, lalu ini apa?
Banyak pertanyaan yang harus aku temukan jawabannya.
Sedang banyak diluaran sana yang mudah mendapat jawaban
Lalu aku ini siapa?

Lalu pada siapa aku harus mengadu?
Akankah aku menunggu sendiri dan menjadi hinaan orang
Lalu bagaimana mungkin aku tak marah padaMu?
Ya muhibbin, katakan aku harus bagaimana?

Kata Tuhan

Kata Tuhan

Lalu aku ini manusia apa? Kecil
Tak punya apa2, aku tahu
Lalu aku harus melakukan apa?
Kata Tuhan harus ikhtiar dan mencari apa yang ku sebut hidup itu
Dan aku hanya sendiri, sekalipun aku butuh penghibur duka
Aku ingin marah, mengapa Kau melakukan ini padaku?
Bukankah aku selalu berdoa, lalu ini apa?
Banyak pertanyaan yang harus aku temukan jawabannya.
Sedang banyak diluaran sana yang mudah mendapat jawaban
Lalu aku ini siapa?

Lalu pada siapa aku harus mengadu?
Akankah aku menunggu sendiri dan menjadi hinaan orang
Lalu bagaimana mungkin aku tak marah padaMu?
Ya muhibbin, katakan aku harus bagaimana?

Friday, July 3, 2015

Ketika Angin, Matahari, dan Hujan Bertemu

Jika cinta adalah angin yang berhembus, mana mungkin ia akan membawa malapetaka
Sekalipun dengan kencang menerpa, dia akan membawa cinta
Lalu apa yang akan kau rasakan kini?
Jika cinta adalah matahari yang menyinari bumi, mana mungkin akan menyakiti
Sekalipun panas menerpa diri, pastilah itu panas dari cinta yang membara
Lalu apa yang aku rasakan kini?
Jika cinta adalah hujan yang membasahi tanah, mana mungkin ia akan menghancurkan
Sekalipun ia menghujani bumi, pastilah itu cinta yang deras mengaliri tanah
Lalu apa yang kita rasakan kini?

Hatiku ini menyimpan nurani, agar kau tetap mencintai
Tidak memutus doa doa untuk menaungi hati yang bergelora setiap waktu
Aku akan menangis jika kau menangis dalam hati
Ya muhibbin, selamatkan kami dari cinta yang dahsyat ini
Jika Kau menciptakan cinta sehebat ini, pasti ada pengobat dari luka ini
Lalu apa yang akan Kau rasakan kini?

Bahasa

Bahasa

Dia seperti raga yang indah mengelilingi jiwa
Purnama merah bersenandung ria
Aku diam tak berbahasa, menunggu cinta
Apa yang harus aku katakan, jika aku  tak bisa menghindar darinya?
Malam, kasihani aku dan peluklah aku
Katakan bahasa2 indah ini padanya
Bahwa dia adalah irama dalam jiwa, lantunan tasbih dunia, dan penghilang derita
Apa yang akan dikatakan dunia, ketika aku jatuh cinta?
Kecuali bahasa yang meluluhkan jiwa

Thursday, July 2, 2015

Sepertiku: penyair kere

Penyair kere

Aku tahu, aku sadar, aku belum bisa seperti inginmu
Aku bukan gadis cantik yang haus dengan pujian
Aku juga tak cerdas seperti apa katamu
Aku tak perlu menjelaskan betapa tidak benarnya perkataanmu
Bukankah kau lebih paham tentang diriku daripada aku?
Siapa aku ini?

Aku hanya menggerakkan kakiku di jalan kebenaran yang kadang di caci orang
Aku hanya memandang ke satu arah, kemana mimpiku berada
Aku bebas mengendalikan hatiku kemana ia akan lari
Aku tidak menyesali kenyataan bahwa kini aku hanya seorang penyair kere
Aku terima dan aku bahagia
Dimana salah diriku, jika usahaku belum direstui Tuhanku

Tuhanku lebih tahu apa yang aku butuhkan
Hanya kalimat indah dari surga yang kini aku sembahkan
Seperti purnama yang diam2 menerangi kegelapan
Tak dipandang, tapi sungguh indah menawan
Ya muhibbin, sungguh kelana diriku
Tak punya harta lagi tahta
Namun cinta bertaburan di dada
Menghiasi hati hati keruh tak bernyawa

Jauh Kawanku

Jauh Kawanku

Yang ku simpan dalam hati
Yang ku puji ramah senyumnya
Yang mengingatkanku pada mimpi
Yang diam2 ku rindu suaranya
Yang membuatku ingin melihatnya
Yang jauh di sana, dan aku disini
Yang kadang bilang rindu
Yang kadang ingin menyapaku
Yang kadang ingin melepas rindu
Yang kadang ingin mengulang masa lalu
Kawanku, pengingatku, pelipur laraku, cahaya di kegelapan mataku.
Ku doakan kau sehat selalu,
Hidupmu akan di kelilingi kebaikan seperti hatimu
Kemudahan selalu mengikuti langkah kakimu
Mimpimu yang akan terus bersinar seperti bulan itu
Dan satu lagi, tentu Allah akan selalu menjaga hatimu
Kawanku yang jauh

Wednesday, July 1, 2015

Mata Itu

Mata itu

Apa yang sedang menimpaku kali ini
Aku tidak bisa melupakan mata itu
Sinarnya menusuk relung hatiku
Aku jatuh muhibbin, kemana kubawa lari perasaan ini
Apa yang bisa dilakukan untuk meredam asmara yang bergejolak ini?
Pandangan itu, membuatku berapi api menjalani takdirMu
Mata itu seperti kawanan merpati yang indah mempesonaku
Lalu menundukkan kepalaku pada sang kekasih
Katakan, dimana salahku jika aku menginginkannya?

Panas membakarku, melelehkan dinginnya ego hatiku ini
Mataku redup diam tak berdaya menatapnya
Aku kalah,

Kita ini apa?